TEKNOLOGI
PRODUKSI
TANAMAN PANGAN
I
BAHAN BACAAN
Pedoman
Bercocok Tanam Padi, Palawija dan Sayur-sayuran.Departemen Pertanian. 1977
Budidaya
Padi
Bercocok
Tanam Padi Sawah TOT
Bercocok
Tanam Padi
Pengendalian
Hama dan Penyakit Tanaman
Stop.
BERTANAM PADI
Budidaya
Padi Metode SRI
Budidaya
Jagung
Budidaya
gandum
Budidaya
sorgum
Pupuk
dan pemupukan
dll
MORFOLOGI TANAMAN PADI
Bagian
Vegetatif :
Akar
Batang
Daun
Bagian
Generatif
Malai,
bunga, dan bulir-bulir padi
PERTUMBUHAN TANAMAN
PADI
Fase
vegetatif cepat
Fase
vegetatif Lambat
Fase
reproduktif
Fase
Pemasakan
Fase Vegetatif
Cepat
Mulai
dari pertumbuhan bibit sampai jumlah anakan maksimum
Jumlah
anakan, tinggi tanaman, berat jerami terus bertambah
Jumlah
anakan maksimum dicapai pada minggu ke 6 atau ke 7 setelah tanam
Fase vegetatif
Lambat
Mulai
dari anakan maksimum sampai keluar primordia
Tinggi
dan berat jerami bertambah tetapi tidak secepat pada fase vegetatif cepat
Fase Reproduksi
Mulai
dari keluarnya primordia sampai berbunga
Tinggi dan
berat jerami bertambah dengan cepat
Fase Pemasakan
Mulai
dari keluarnya bunga sampai saat panen
Berat
malai bertambah dengan cepat
Berat
jerami menurun
Fase Masa
Masak
susu
Masak
Kuning
Masak
Penuh
Masak Mati
Habitat Tanaman Padi
1. Tanah lumpur yang tergenang
air (basah) dikenal dengan sawah
2. Tanah Kering dikenal dengan tegalan, huma, ladang
Syarat Tumbuh
Tanaman Padi
Iklim
Curah
hujan
Temperatur
Tinggi
tempat
Sinar
matahari
Angin
Musim
Tanah
Tekstur
tanah
Struktur
tanah
Air dan
udara dalam tanah
Usaha
Meningkatkan Produksi Padi
Pola tanam antara
lain:
Pergiliran
tanaman
Tumpang
sari
Penggunaan zat
pengatur tumbuh
Teknologi supra insus
Teknologi panca usaha
TIPE
BUDIDAYA TANAMAN PADI
Padi
Lahan Kering
a.l: Padi ladang, padi gogo
Padi
Lahan Basah
a.l; Padi sawah, padi pasang surut, padi
lebak padi tadah hujan, padi gogo rancah
MACAM-MACAM PADI
LAHAN KERING
Padi
Gogo
Padi ladang
Padi Lahan Basah
Padi
Sawah
Padi
Pasang surut
Padi
Lebak
Padi
tadah hujan
Padi Gogo
Rancah
Macam-Macam Sawah
Sawah
Tadah Hujan
Sawah
irigasi (teknis dan setengah teknis)
Sawah
Pasang Surut
Sawah
Lebak
Gogo
rancah
Sistem
surjan
JENIS LAHAN
BASAH
1. SAWAH
Areal
pertanaman/bercocok tanaman yang tergenang air dan di batasi sekelilingnya oleh
pematang .
Sawah
tadah hujan (rainfed farming)
Pengairan
Irigasi
(irrigated
farming)
Bentuk
Irigasi Permanen
Irigasi Semi Permanen
Tanah
yang baik untuk persawahan
1. Secara alamiah
permiabel tanah rendah
2. Kandungan
liat & debu tinggi
3. Permukaan air tinggi
Pengaruh
pengenangan terhadap sifat fisika tanah :
1. Agregat tanah
menjadi jenuh air
2. Terjadinya
pemecahan agregat besar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
Pelumpuran
(puddling)
Proses
terurainya agregat-agregat tanah menjadi partikel-partikel tanah yang lebih
kecil dan seragam, yang terjadi akibat adanya tenaga mekanis pada tanah yang kandungan
airnya tinggi
Pelumpuran
(puddling) dapat mengurangi kehilangan air pada
tanah karena;
1. Dapat mengurangi perkolasi
2. Terbentuknya lapisan kedap air
(lapisan bajak), di bagian bawah lapisan lumpur
3. Dapat menahan air di sekeliling pematang sawah.
2. LAHAN GOGO RANCAH
Pada awalnya padi diusahakan
secara gogo (kering) atau sedikit air, kemudian setelah
turun hujan dikelola/ dipelihara
dengan sistem padi biasa
3. LAHAN SISTEM
SURJAN
Pada sebidang lahan dalam
pengolahan tanahnya di bagi atas dua cara yaitu :
1. Dibagian atas disebut guludan/pematang ,
ditanamai dengan tanaman semusim, berbentuk tumpang sari. Biasanya lebar guldan
1- 3 m.
2. Dibagian bawah tabukan/legokan, ditanami dengan
padi sawah .
4. LAHAN LEBAK
Lahan pertanaman yang terdapat
disekitar sungai besar, air berasal dari luapan sungai.
Ini bersifat periodik, biasanya
pada musim hujan. Pada lahan ini petani tidak melakukan teknik budidaya yang
sempurna. (hama dan penyakit serta gulma tidak dikendalikan, pemupukan tidak
diberikan)
TIPE LEBAK
1. Lebak
Pematang Mudah kering,karena sdt air yang msk saat hujan
2. Lebak Dalam Resiko banjir baik M. kemarau/hujan
sirkulasi air biasanya tidak lancar
3. Lebak Tegalan
Kurang mengalami kekeringan, mempunyai potensi untuk di usahakan
5. LAHAN PASANG
SURUT
Terbentuk oleh naik turunnya
permukaan air sungai, akibat dari naik turunnya
permukaan air laut karena pasang
BERDASARKAN
LUAPAN LAHAN DIBAGI ATAS 4 TIPE
1. Lahan
pasang surut langsung dipengaruhi oleh air pasang. Lahan ini selalui diluapi air
pasang besar maupun kecil. Untuk padi dan sayuran
2. Lahan
pasang surut langsung dipengaruhi oleh air pasang besar, ttp saat pasang kecil tidak
digenangi. Untukpadi dan sayuran
3. Lahan
pasang surut yang tidak dipengaruhi oleh air pasang , ttp dipengaruhi oleh rembesan
dari dalam tanah. Baik untuk padi saat banjir, dan palawija
4. Lahan
pasang surut yang tidak dipengaruhi oleh air pasang surut sama sekali, tdk dipengaruhi
oleh luapan air pasang maupun rembesan baik untuk padi dan palawija
CIRI – CIRI LAHAN
PASANG SURUT
1.
Umumnya genangan cukup dalam dan defisiensi unsur hara
2. pH
tinggi, disebabkan asam-asam organik dari dekomposisi B.O
3.
Salinita /garam tinggi pada musim kemarau
4.
Akumulasi zat – zat beracun
5.
Dibeberapa tempat ditemukan lapisan gambut yang dalam dan sulfat yang tinggi
KERING
Lahan yang tidak
jenuh air sepanjang tahun.
Sebagian besar
lahan kering merupakan tanah marginal, seperti podzolik merah kuning. Tanah ini
bermasalah dengan tingkat kesuburan tanah, pH rendah, Al dan Mn tinggi mudah
tererosi, miskin unsur hara.
Faktor
yang Mempengaruhi Tanaman
Faktor
Lingkungan
Faktor
Genetik
Faktor Sarana produksi
TEKNOLOGI PRODUKSI
TANAMAN PADI
Pengolahan
Lahan
Persemaian
Penanaman
Pemupukan
Penyulaman
Pengairan
Penyiangan
Pengendalian
Hama dan Penyakit
Panen dan
pasca panen
PENGOLAHAN LAHAN
Pengolahan
Lahan Sempurna (OTS)
Pengolahan
Lahan Tanpa Olah Tanah (TOT)
Pengolahan Lahan
Sempurna
Bajak
2 kali, manual, hewan, mesin
interval
waktu 2-3 hari atau 15 hari
Garu
1 kali/ pelumpuran
Didatarkan
Kelemahannya ;
Banyak
membutuhkan air,
membutuhkan
tenaga kerja yang banyak
Biaya
besar
Waktu yang
dibutuhkan panjang
Pengolahan Lahan
Tanpa Olah Tanah
Sistim olah tanah konservasi
Lebih efisien dalam penggunaan
air, tenaga kerja, waktu, dan lebih berwawasan lingkungan
Menghemat biaya pengolahan
lahan sampai 40% berarti mengurangi biaya produksi
Menghemat waktu musim tanam
sampai 1 bulan berarti jumlah penanaman dalam 1 tahun dapat ditingkatkan
Menghemat penggunaan air
sampai 30%-45%
Mempermudah penanaman secara
serentak
Melestarikan kesuburan tanah dan mengurangi pencucian hara
PERSIAPAN
BENIH
Benih terlebih dahulu
disiapkan, diambil benih yang bermutu
Benih direndam dengan air,
benih yang merapung dibuang dan yang tenggelam diambil untuk disemai
Rendam benih selama 1 – 2
malam lalu keringkan sampai keluar kecambah (1-2 hari)
Benih yang telah keluar
kecambahnya siap disemai pada lahan yang telah disediakan
PERSEMAIAN
Persemaian Basah
Langsung dibuat petakan persemaian tergantung banyaknya benih yang
akan disemai di lahan sawah yang sudah diolah
Benih yang telah berkecambah disemai pada lahan yang telah disediakan
Lahan persemaian diberi pagar agar ayam, itik, dan kambing tidak masuk
PERSEMAIAN
Persemaian
Kering
Dilakukan
pada tegalan
Dilakukan
pada wadah a.l;
Plastik
Upih
Daun Pisang
PENANAMAN
Bibit
yang telah berumur 21 hari dicabut dan segera ditanam pada lahan yang telah
dipersiapkan
Penanaman
dilakukan dengan cara ditanam sebanyak lebih kurang 3 batang perlubang.
Jarak
tanam tergantung kepada kesuburan tanah kalau tanahnya subur jarak tanam bisa
lebih jarang sedangkan pada tanah kurang subur jaraknya lebih sempit
Biasanya dengan jarak 20 cm
x 20 cm atau 25 cm x 20 cm
Pemupukan
Pupuk diberikan pada saat
tanam untuk pupuk kimia (urea, TSP, dan KCl)
Urea diberikan 3 kali yaitu 1/3 bagian pada saat tanam bersamaan
dengan pemberian TSP dan KCl, 1/3 bagian umur 21 hari setelah tanam dan 1/3 bagian
lagi umur 42 hari setelah tanam
Pupuk organik diberikan pada
saat melakukan penggaruan atau satu minggu sebelum tanam
Dosis Pupuk Anjuran
Urea
diberikan sebanyak 200 kg/ha
TSP
diberikan sebanyak 100 kg/ha
KCl
diberikan sebanyak 75 kg/ha
Pupuk
Organik diberikan sebanyak 5 – 10 ton/ha
Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman yang mati atau
kurang sehat
PENGAIRAN
Pengairan diberikan pada
cara konvensional selama fase vegetatif dan masuk fase generatif air dikurangi bahkan
sawah dikeringkan
Pengairan dilakukan pada
waktu penyiangan gulma dan pemberian pupuk kimia
PENYIANGAN
Penyiangan
dilakukan pada umur 21 hari dan 42 hari
Setelah
dilakukan penyiangan langsung diberi pupuk kimia
PENGENDALIAN HAMA
DAN PENYAKIT
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman segera dikendalikan
dengan cara terpadu
Apabila hama menyerang sudah dibawah ambang ekonomis maka lakukan
penyemprotan dengan pestisida
Pengendalian HPT
Mekanis
Agen
Hayati
Kimia
Hama yang Menyerang
tanaman Padi
Belalang
Wereng
coklat
Wereng
Hijau
Penggerek
batang padi
Hama
Ganjur
Hama
Putih
Hama
Putih Palsu
Walang
Sangit
Hama
KepindingTanah
Ulat
Gerayak
Kepik
Hijau
Tkus
sawh
Burung
Penyakit
Bercak
belah ketupat
Bercak
coklat
Bercak
Garis
Bercak
Pelepah Daun
Hangus
Palsu
Kerdil
Rumput
Kerdil
Hampa
Kresek
Tungro
PANEN
Panen
dilakukan apabila telah sesuai dengan kriteria panen
Kriteria
panen tanaman padi adalah;
Daun telah menguning 90%
Biji sudah keras bila dipencet dengan kuku
Warna gabah kuning keemasan
Kadar air gabah sudah turun 20 – 30%
Proses Panen
Perontokan Gabah
Pembersihan
Penjemuran
PASCA PANEN
Packaging
Penyimpanan
Beras Bermutu
Teknologi Budidaya
Padi Sawah
Konvensinal
SRI
Legowo
Tegel
Intermiten
Tabela
Bertanam cara
Tabela
Tebar
benih langsung
Hemat
biaya persemaian
Hemat
waktu semai
Hemat
tenaga
Hemat biaya
produksi
Budidaya Padi
Organik
Berawal
dari revolusi hijau
Dampak
penggunaan varietas unggul
Dampak
penggunaan pupuk kimia
Dampak
penggunaan pestisida kimia
Keuntungan Padi
Organik
Efisiensi
biaya
Harga
jual tinggi
Peluang
pasar terbuka
Efisiensi Biaya
Pupuk
organik (Kotoran ternak, kompos jerami, pupuk hijau)
Kotoran
ternak dapat digunakan untuk pupuk
Sapi
menghasilkan kotoran segar sekitar 7,5 ton/tahun/ekor
Diproses
akan menghasilkan 5 ton pupuk kandang
4
ekor sapi mengashilkan pukan matang 20 ton atau 6,7 ton/4 bulan
Harga jual tinggi
Beras organik disertifikasi
sehingga harga jual lebih tinggi seperti . Beras organik IR64 Rp.14.000/kg
sementara beras nonorganik Rp.9.600/kg
Peluang
Pasar Terbuka
Perubahan
gaya hidup masyarakat yang semula beras untuk mengenyangkan tetapi berubah
menjadi penunjang kesehatan
Pangan organik lebih enak
dan lebih sehat
Pertumbuhan pasar oeganik
mencapai 20-30%/tahun bahkan dibeberapa negara mencapai 50%/tahun
Pasar produk organik utama dunia Amerika Serikat dan Kanada 51%
dan Pasar Eropa 46% serta Jepang 3%
Peningkatan
produksi padi
Sebelum tahun 1965 rata-rata produksi 2,3 ton/ha
Tahun 1984 meningkat menjadi 4,2 ton/ha (Swasembada beras)
Setelah itu terjadi pelandaian akibat alih fungsi lahan,
menurunnya ketersediaan air irigasi, tenaga kerja produktif makin langka
Terjadi impor beras tahun 1994 1.7 juta ton
Tahun 2002 impor beras naik menjadi 2,5 juta ton
Usaha peningkatan
produksi padi
Intensifikasi
Ekstensifikasi
Intensifikasi
TOT
Pupuk
berimbang
Penggunaan
varietas unggul
Teknik
budidaya
Tabela
Sistem
legowo
SRI
BUDIDAYA PADI SAWAH
SRI
Umur
pindah Bibit lebih awal (7-15 Hari)
Ditanam
1 bibit / lubang tanam
Jarak
tanam lebih lebar (min. 25cm x 25cm)
Air
macak-macak atau lembab
Penyiangan
Gulma
Pupuk
Organik
SEJARAH SRI
Pada tahun 1980-an Fr.Hendri de Laulanie di Madagaskar mencobakan
pada lahan petani yang kurang subur (2t/ha)
Hasil naik menjadi 8-10 t/ha
Disebarkan ke berbagai negara oleh Norman Uphoff ke India, Vietnam,
Thailand, Kamboja sampai ke Indonesia
Tahun 1999 di Indonesia hasil 9,5 t/ha
Perkembangan SRI di
Indonesia
Tahun
1999 diteliti di Sukamandi hasil 9,5 ton/ha
Tahun
2000 SRI dikembangkan di Jawa Barat ke petani
Tahun
2003 diteliti oleh Bapak Musliar Kasim di Padang hasil 8,5 t/ha
Tahun
2005 penelitian Nalwida Rozen hasil 11,99 t/ha
Penelitian
dilakukan sampai sekarang
Dilakukan
sosialisasi ke berbagai kabupaten dan kota se Sumbar
Sosialisasi
sampai ke Jepang
Perkembangan SRI
Tahun
2009 dengan Sibermas pada 4 daerah
Hasil
di Padang 8,2 – 9,6 t/ha
Hasil di
Kab.Padang Pariaman 6-9,6 t/ha
Hasil di Berbagai
Negara
Kamboja
terjadi peningkatan hasil 150%
Thialand
peningkatan hasil 20%
BUDIDAYA PADI SRI
Pengolahan
Lahan
Persemaian
Penanaman
Pengairan
Pemupukan
Pengendalian
Gulma (Penyiangan)
Pengendalian
hama dan penyakit
Panen
Pengolahan Lahan
Sama
dengan konvensional, dibajak, digaru
Buat
saluran sekeliling petakan dan ditengah
Ratakan
lalu di caplak
Usahakan
dalam keadaan lembab sewaktu bertanam
Persemaian
Benih terlebih dahulu direndam dengan air, benih yang tenggelam
dijadikan benih sedangkan yang terapung dibuang
Rendam benih selama satu malam
Lalu keringkan selama dua malam
Apabila telah keluar kecambah maka taburkan di persemaian
Benih ditabur satu genggam untuk satu meter persegi sehingga lebih
jarang
Penanaman
Setelah
bibit berumur 7-12 hari dipersemaian maka bibit dicabut dan ditanam pada lahan
yang telah disediakan
Jarak
tanam minimal 25cm x 25cm
Tanam
1 bibit per lubang tanam
Bibit yang ditanam harus
terbawa biji yang masih melekat
Pengairan
Selama
fase vegetatif lahan diusahakan dalam keadaan lembab
Selama
fase generatif lahan diairi atau digenangi sampai 20 hari menjelang panen
Sewaktu penyiangan gulma dan
pemupukan lahan digenangi
Pemupukan
Pupuk
organik (pupuk kandang, kompos, tithonia diberikan seminggu sebelum tanam atau
pada waktu menggaru
Pupuk
kimia diberikan urea, SP-36, KCl diberikan saat tanam. Urea diberikan 1/3
Sisa
urea diberikan waktu pemupukan kedua atau ketiga
Sebaiknya ditambah dengan
pupuk hayati
Penyiangan
Penyiangan
dilakukan sedini mungkin
7-10
hari setelah tanam harus dilakukan penyiangan gulma
Penyiangan
selanjutnya 7 hari setelah itu
Penyiangan
dilakukan dengan cara manual (tangan) atau mekanik pakai alat sederhana atau
rotary
Pengendalian Hama
dan Penyakit
Hama
dan penyakit dikendalikan dengan pestisida alami
Agen
hayati
Bio
herbisida
MOL
Panen
Panen
dilakukan apabila telah dipenuhi kriteria panen
90%
daun telah menguning
Gabah
apabila dipencet telah mengeras
Panen
dilakukan dengan manual pakai sabit atau ani-ani atau mekanik pakai treser
Kenapa anakan
sampai banyak?
Anakan
eksponensial terjadi pada minggu ke 3
Anakan
terbentuk sampai 12 kali
Umur
tanam lebih cepat
Bibit
ditanam 1 batang dan anakan terbentuk setelah tanam
Tidak
terjadi kompetisi sesama tanaman
SORGHUM
(Sorghum vulgare Pers)
Iklim:
Suhu optimum bagi pertumbuhan 23 – 30oC,
Suhu yang baik 25oC
RH 20-40%
Curah Hujan 375 – 425 mm
Sorghum terogolong tahan terhadap
kekeringan karena adanya lapisan lilin
Pada Batang dan daun dan luas permukaan
daun relatif kecil
Tanah
Tumbuh baik pada hampir semua jenis
tanah, tidak tumbuh baik pada tanah
Yang terlalu basah
pH tanah 5,0 – 7,0 dan kurang baik pada
tanah alkalis
Daya serap air sangat besar, shg perlu
diberikan pengairan pada kapasitas
Air tanah rendah, terutama pada masa
tanaman berdaun cepat, masa bunting,
Pengisian
biji
Waktu Tanam
Harus diatur, pembungaan berlangsung
pada saat hujan mulai berkurang
Pemasakan biji pada musim kemarau krn hujan
akan mengganggu proses pembuahan
Pada sawah tadah hujan sorghum ditanam
pada akhir musim hujan setelah panen
padi
Varietas: Cempaka, Katengu, Darso, UPCA
S1 dan UPCA S2 KDU,
No.6C,
No.7C, N0.72, N0.46, Hegari, Birdproof
Cara Bertanam
Pengolahan Tanah = jagung
Dibajak 1 atau 2 kali, digaru kemudian
diratakan
Harus bersih dari gulma
Drainase perlu diperhatikan
Jarak tanam 75 x 25 cm atau 75 x 20 cm
masing 2 tanaman per
lubang
Populasi 100.000 – 150.000 tanaman /ha
Kebutuhan benih 8 – 10 kg/ha
Hasil
3 - 4 ton / ha biji kering
Penanaman
2-3 biji per lubang
Penjarangan menjadi 2 tanaman pada umur
2 minggu setelah tanam
Pemupukan
Pupuk N dosis 90 kg N atau 2 kwintal
Urea/ha
dilakukan 2 kali 1/3 bgn saat tanam, 2/3
bgn umur 1 bulan
45 kg P2O5 atau 1 kwintal TSP /ha
30 kg K2O / ha
Cara pemberian
Disebar dalam larikan dengan jarak 7 cm
kiri dan kanan dalam 1 cm
Atau dalam lubang yang ditugalkan dikiri
kanan lubang namun
tenaga dan waktu yang diperlukan lebih
banyak
Pupuk kedua jarak 15 cm dari lubang
Pukan
juga dapat digunakan
Mutu
Biji sorghum = jagung
Makanan ternak
Kandungan protein lebih tinggi dari
jagung
Kandungan lemak lebih rendah dari jagung
Ratoon Sorghum
Pemotongan batang akan dapat tumbuh
tunas baru
Ratoon dillakukan 2 – 3 kali
Pemeliharaan
Keuntungan Ratoon
Hemat biaya pengolahan tanah
Tidak membutuhkan benih
Panen
lebih cepat
Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan pertama umur 10 -15 hari
setelah tanam
Penyiangan kedua dilakukan bersamaan
dengan pembumbunan
Dilakukan setelah pemupukan kedua
Pembumbunan untuk memperkokoh batang dan
mempermudah pengairan
Pemberantasan Hama dan Penyakit
Lebih tahan thd Hama dan Penyakit
Beberapa Hama Jagung yang menyerang
sorghum
Lalat Bibit (Atherigona exigua)
Ulat Daun (Prodenia litura)
Ulat Agrotis (Agrotis ibsilon)
Burung
Pengendalian : Penyemprotan dgn
Insektisida Surecide 25 EC
Basudin
60 EC
Penyakit:
Penyakit Karat (Helminthosporium
tursicum)
Becak Daun (Colletricum falcatum)
Totol Kuning pada daun (Puccinia
sorghi)
Tar-spat (Phylachora sp)
Pemungutan Hasil
Panen dilakukan umur 45 hari setelah
bakal biji terbentuk
atau biji keras kalau dipijit
Alat Pisau, malai dipotong agak panjang
Pengeringan dengan sinar matahari atau
mesin pengeringan atau dryer
Kadar air 12 – 13% dapat disimpan pada
belek yang ditutup rapat
atau karung
Jangan
lebih dari KA 13%
No comments:
Post a Comment