Sunday, January 3, 2016

TEHNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PANGAN I

TEKNOLOGI PRODUKSI
TANAMAN PANGAN I

BAHAN BACAAN
Pedoman Bercocok Tanam Padi, Palawija dan Sayur-sayuran.Departemen Pertanian. 1977
Budidaya Padi
Bercocok Tanam Padi Sawah TOT
Bercocok Tanam Padi
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Stop. BERTANAM PADI
Budidaya Padi Metode SRI
Budidaya Jagung
Budidaya gandum
Budidaya sorgum
Pupuk dan pemupukan
dll
MORFOLOGI TANAMAN PADI
Bagian Vegetatif :
Akar
Batang
Daun
Bagian Generatif
Malai, bunga, dan bulir-bulir padi
PERTUMBUHAN TANAMAN PADI
Fase vegetatif cepat
Fase vegetatif Lambat
Fase reproduktif
Fase Pemasakan
Fase Vegetatif Cepat
Mulai dari pertumbuhan bibit sampai jumlah anakan maksimum
Jumlah anakan, tinggi tanaman, berat jerami terus bertambah
Jumlah anakan maksimum dicapai pada minggu ke 6 atau ke 7 setelah tanam

Fase vegetatif Lambat
Mulai dari anakan maksimum sampai keluar primordia
Tinggi dan berat jerami bertambah tetapi tidak secepat pada fase vegetatif cepat

Fase Reproduksi
Mulai dari keluarnya primordia sampai berbunga
Tinggi dan berat jerami bertambah dengan cepat
Fase Pemasakan
Mulai dari keluarnya bunga sampai saat panen
Berat malai bertambah dengan cepat
Berat jerami menurun

Fase Masa
Masak susu
Masak Kuning
Masak Penuh
Masak Mati
Habitat Tanaman Padi
1. Tanah lumpur yang tergenang air (basah) dikenal dengan sawah
2. Tanah Kering dikenal dengan tegalan, huma, ladang

Syarat Tumbuh Tanaman Padi
Iklim
Curah hujan
Temperatur
Tinggi tempat
Sinar matahari
Angin
Musim

Tanah
Tekstur tanah
Struktur tanah
Air dan udara dalam tanah
Usaha Meningkatkan Produksi Padi
Pola tanam antara lain:
Pergiliran tanaman
Tumpang sari
Penggunaan zat pengatur tumbuh
Teknologi supra insus
Teknologi panca usaha
TIPE BUDIDAYA TANAMAN PADI
Padi Lahan Kering
    a.l: Padi ladang, padi gogo
Padi Lahan Basah
    a.l; Padi sawah, padi pasang surut, padi lebak padi tadah hujan, padi gogo rancah

MACAM-MACAM PADI LAHAN KERING
Padi Gogo
Padi ladang
Padi Lahan Basah
Padi Sawah
Padi Pasang surut
Padi Lebak
Padi tadah hujan
Padi Gogo Rancah
Macam-Macam Sawah
Sawah Tadah Hujan
Sawah irigasi (teknis dan setengah teknis)
Sawah Pasang Surut
Sawah Lebak
Gogo rancah
Sistem surjan
JENIS LAHAN
BASAH
 1. SAWAH
Areal pertanaman/bercocok tanaman yang tergenang air dan di batasi sekelilingnya oleh pematang .
Sawah tadah hujan (rainfed farming)
Pengairan Irigasi
(irrigated farming)
Bentuk
Irigasi Permanen Irigasi Semi Permanen
Tanah yang baik untuk persawahan
1. Secara alamiah permiabel tanah rendah
2. Kandungan liat & debu tinggi
3. Permukaan air tinggi
Pengaruh pengenangan terhadap sifat fisika tanah :
1. Agregat tanah menjadi jenuh air
2. Terjadinya pemecahan agregat besar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil

Pelumpuran (puddling)
Proses terurainya agregat-agregat tanah menjadi partikel-partikel tanah yang lebih kecil dan seragam, yang terjadi akibat adanya tenaga mekanis pada tanah yang kandungan airnya tinggi

Pelumpuran (puddling) dapat mengurangi kehilangan air pada
tanah karena;
1. Dapat mengurangi perkolasi
2. Terbentuknya lapisan kedap air (lapisan bajak), di bagian bawah lapisan lumpur
3. Dapat menahan air di sekeliling pematang sawah.

2.  LAHAN GOGO RANCAH
Pada awalnya padi diusahakan secara gogo (kering) atau sedikit air, kemudian setelah
turun hujan dikelola/ dipelihara dengan sistem padi biasa

3. LAHAN SISTEM SURJAN
Pada sebidang lahan dalam pengolahan tanahnya di bagi atas dua cara yaitu :
1. Dibagian atas disebut guludan/pematang , ditanamai dengan tanaman semusim, berbentuk tumpang sari. Biasanya lebar guldan 1- 3 m.
2. Dibagian bawah tabukan/legokan, ditanami dengan padi sawah .

4. LAHAN LEBAK
Lahan pertanaman yang terdapat disekitar sungai besar, air berasal dari luapan sungai.
Ini bersifat periodik, biasanya pada musim hujan. Pada lahan ini petani tidak melakukan teknik budidaya yang sempurna. (hama dan penyakit serta gulma tidak dikendalikan, pemupukan tidak diberikan)

TIPE LEBAK
1. Lebak Pematang Mudah kering,karena sdt air yang msk saat hujan
2. Lebak  Dalam Resiko banjir baik M. kemarau/hujan sirkulasi air biasanya tidak lancar
3. Lebak Tegalan Kurang mengalami kekeringan, mempunyai potensi untuk di usahakan

5. LAHAN PASANG SURUT
Terbentuk oleh naik turunnya permukaan air sungai, akibat dari naik turunnya
permukaan air laut karena pasang

BERDASARKAN LUAPAN LAHAN DIBAGI  ATAS 4 TIPE
1.  Lahan pasang surut langsung dipengaruhi oleh air pasang. Lahan ini selalui diluapi air pasang besar maupun kecil. Untuk padi dan sayuran
2.  Lahan pasang surut langsung dipengaruhi oleh air pasang besar, ttp saat pasang kecil tidak digenangi. Untukpadi dan sayuran
3.  Lahan pasang surut yang tidak dipengaruhi oleh air pasang , ttp dipengaruhi oleh rembesan dari dalam tanah. Baik untuk padi saat banjir, dan palawija
4.  Lahan pasang surut yang tidak dipengaruhi oleh air pasang surut sama sekali, tdk dipengaruhi oleh luapan air pasang maupun rembesan baik untuk padi dan palawija

CIRI – CIRI LAHAN PASANG SURUT
1. Umumnya genangan cukup dalam dan defisiensi unsur hara
2. pH tinggi, disebabkan asam-asam organik dari dekomposisi B.O
3. Salinita /garam tinggi pada musim kemarau
4. Akumulasi zat – zat beracun
5. Dibeberapa tempat ditemukan lapisan gambut yang dalam dan sulfat yang tinggi

KERING
Lahan yang tidak jenuh air sepanjang tahun.
Sebagian besar lahan kering merupakan tanah marginal, seperti podzolik merah kuning. Tanah ini bermasalah dengan tingkat kesuburan tanah, pH rendah, Al dan Mn tinggi mudah tererosi, miskin unsur hara.

Faktor yang Mempengaruhi Tanaman
Faktor Lingkungan
Faktor Genetik
Faktor Sarana produksi

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PADI
Pengolahan Lahan
Persemaian
Penanaman
Pemupukan
Penyulaman
Pengairan
Penyiangan
Pengendalian Hama dan Penyakit
Panen dan pasca panen
PENGOLAHAN LAHAN
Pengolahan Lahan Sempurna (OTS)
Pengolahan Lahan Tanpa Olah Tanah (TOT)
Pengolahan Lahan Sempurna
Bajak 2 kali, manual, hewan, mesin
interval waktu 2-3 hari atau 15 hari
Garu 1 kali/ pelumpuran
Didatarkan

Kelemahannya ;
Banyak membutuhkan air,
membutuhkan tenaga kerja yang banyak
Biaya besar
Waktu yang dibutuhkan panjang



Pengolahan Lahan Tanpa Olah Tanah
Sistim olah tanah konservasi
Lebih efisien dalam penggunaan air, tenaga kerja, waktu, dan lebih berwawasan lingkungan
Menghemat biaya pengolahan lahan sampai 40% berarti mengurangi biaya produksi
Menghemat waktu musim tanam sampai 1 bulan berarti jumlah penanaman dalam 1 tahun dapat ditingkatkan
Menghemat penggunaan air sampai 30%-45%
Mempermudah penanaman secara serentak
Melestarikan kesuburan tanah dan mengurangi pencucian hara

PERSIAPAN
BENIH
Benih terlebih dahulu disiapkan, diambil benih yang bermutu
Benih direndam dengan air, benih yang merapung dibuang dan yang tenggelam diambil untuk disemai
Rendam benih selama 1 – 2 malam lalu keringkan sampai keluar kecambah (1-2 hari)
Benih yang telah keluar kecambahnya siap disemai pada lahan yang telah disediakan

PERSEMAIAN
Persemaian Basah
Langsung dibuat petakan persemaian tergantung banyaknya benih yang akan disemai di lahan sawah yang sudah diolah
Benih yang telah berkecambah disemai pada lahan yang telah disediakan
Lahan persemaian diberi pagar agar ayam, itik, dan kambing tidak masuk

PERSEMAIAN
Persemaian Kering
Dilakukan pada tegalan
Dilakukan pada wadah a.l;
Plastik
Upih
Daun Pisang

PENANAMAN
Bibit yang telah berumur 21 hari dicabut dan segera ditanam pada lahan yang telah dipersiapkan
Penanaman dilakukan dengan cara ditanam sebanyak lebih kurang 3 batang perlubang.
Jarak tanam tergantung kepada kesuburan tanah kalau tanahnya subur jarak tanam bisa lebih jarang sedangkan pada tanah kurang subur jaraknya lebih sempit
Biasanya dengan jarak 20 cm x 20 cm atau 25 cm x 20 cm
Pemupukan
  Pupuk diberikan pada saat tanam untuk pupuk kimia (urea, TSP, dan KCl)
Urea diberikan 3 kali yaitu 1/3 bagian pada saat tanam bersamaan dengan pemberian TSP dan KCl, 1/3 bagian umur 21 hari setelah tanam dan 1/3 bagian lagi umur 42 hari setelah tanam
  Pupuk organik diberikan pada saat melakukan penggaruan atau satu minggu sebelum tanam

Dosis Pupuk Anjuran
Urea diberikan sebanyak 200 kg/ha
TSP diberikan sebanyak 100 kg/ha
KCl diberikan sebanyak 75 kg/ha
Pupuk Organik diberikan sebanyak 5 – 10 ton/ha
Penyulaman
  Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman yang mati atau kurang sehat

PENGAIRAN
  Pengairan diberikan pada cara konvensional selama fase vegetatif dan masuk fase generatif air dikurangi bahkan sawah dikeringkan
  Pengairan dilakukan pada waktu penyiangan gulma dan pemberian pupuk kimia

PENYIANGAN
Penyiangan dilakukan pada umur 21 hari dan 42 hari
Setelah dilakukan penyiangan langsung diberi pupuk kimia

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
  Hama dan penyakit yang menyerang tanaman segera dikendalikan dengan cara terpadu
  Apabila hama menyerang sudah dibawah ambang ekonomis maka lakukan penyemprotan dengan pestisida

Pengendalian HPT
Mekanis
Agen Hayati
Kimia
Hama yang Menyerang tanaman Padi
Belalang
Wereng coklat
Wereng Hijau
Penggerek batang padi
Hama Ganjur
Hama Putih
Hama Putih Palsu
Walang Sangit
Hama
KepindingTanah
Ulat Gerayak
Kepik Hijau
Tkus sawh
Burung
Penyakit
Bercak belah ketupat
Bercak coklat
Bercak Garis
Bercak Pelepah Daun
Hangus Palsu
Kerdil Rumput
Kerdil Hampa
Kresek
Tungro
PANEN
Panen dilakukan apabila telah sesuai dengan kriteria panen
Kriteria panen tanaman padi adalah;
Daun telah menguning 90%
Biji sudah keras bila dipencet dengan kuku
Warna gabah kuning keemasan
Kadar air gabah sudah turun 20 – 30%

Proses Panen
Perontokan Gabah
Pembersihan
Penjemuran

PASCA PANEN
Packaging
Penyimpanan
Beras Bermutu

Teknologi Budidaya Padi Sawah
Konvensinal
SRI
Legowo
Tegel
Intermiten
Tabela
Bertanam cara Tabela
Tebar benih langsung
Hemat biaya persemaian
Hemat waktu semai
Hemat tenaga
Hemat biaya produksi
Budidaya Padi Organik
Berawal dari revolusi hijau
Dampak penggunaan varietas unggul
Dampak penggunaan pupuk kimia
Dampak penggunaan pestisida kimia
Keuntungan Padi Organik
Efisiensi biaya
Harga jual tinggi
Peluang pasar terbuka
Efisiensi Biaya
Pupuk organik (Kotoran ternak, kompos jerami, pupuk hijau)
Kotoran ternak dapat digunakan untuk pupuk
Sapi menghasilkan kotoran segar sekitar 7,5 ton/tahun/ekor
Diproses akan menghasilkan 5 ton pupuk kandang
4 ekor sapi mengashilkan pukan matang 20 ton atau 6,7 ton/4 bulan

Harga jual tinggi
  Beras organik disertifikasi sehingga harga jual lebih tinggi seperti . Beras organik IR64 Rp.14.000/kg sementara beras nonorganik Rp.9.600/kg

Peluang Pasar Terbuka
Perubahan gaya hidup masyarakat yang semula beras untuk mengenyangkan tetapi berubah menjadi penunjang kesehatan
Pangan organik lebih enak dan lebih sehat
  Pertumbuhan pasar oeganik mencapai 20-30%/tahun bahkan dibeberapa negara mencapai 50%/tahun
Pasar produk organik utama dunia Amerika Serikat dan Kanada 51% dan Pasar Eropa 46% serta Jepang 3%

Peningkatan produksi padi
Sebelum tahun 1965 rata-rata produksi 2,3 ton/ha
Tahun 1984 meningkat menjadi 4,2 ton/ha (Swasembada beras)
Setelah itu terjadi pelandaian akibat alih fungsi lahan, menurunnya ketersediaan air irigasi, tenaga kerja produktif makin langka
Terjadi impor beras tahun 1994 1.7 juta ton
Tahun 2002 impor beras naik menjadi 2,5 juta ton

Usaha peningkatan produksi padi
Intensifikasi
Ekstensifikasi

Intensifikasi
TOT
Pupuk berimbang
Penggunaan varietas unggul
Teknik budidaya
Tabela
Sistem legowo
SRI

BUDIDAYA PADI SAWAH SRI
Umur pindah Bibit lebih awal (7-15 Hari)
Ditanam 1 bibit / lubang tanam
Jarak tanam lebih lebar (min. 25cm x 25cm)
Air macak-macak atau lembab
Penyiangan Gulma
Pupuk Organik

SEJARAH SRI
Pada tahun 1980-an Fr.Hendri de Laulanie di Madagaskar mencobakan pada lahan petani yang kurang subur (2t/ha)
Hasil naik menjadi 8-10 t/ha
Disebarkan ke berbagai negara oleh Norman Uphoff ke India, Vietnam, Thailand, Kamboja sampai ke Indonesia
Tahun 1999 di Indonesia hasil 9,5 t/ha

Perkembangan SRI di Indonesia
Tahun 1999 diteliti di Sukamandi hasil 9,5 ton/ha
Tahun 2000 SRI dikembangkan di Jawa Barat ke petani
Tahun 2003 diteliti oleh Bapak Musliar Kasim di Padang hasil 8,5 t/ha
Tahun 2005 penelitian Nalwida Rozen hasil 11,99 t/ha
Penelitian dilakukan sampai sekarang
Dilakukan sosialisasi ke berbagai kabupaten dan kota se Sumbar
Sosialisasi sampai ke Jepang
Perkembangan SRI
Tahun 2009 dengan Sibermas pada 4 daerah
Hasil di Padang 8,2 – 9,6 t/ha
Hasil di Kab.Padang Pariaman 6-9,6 t/ha
Hasil di Berbagai Negara
Kamboja terjadi peningkatan hasil 150%
Thialand peningkatan hasil 20%
BUDIDAYA PADI SRI
Pengolahan Lahan
Persemaian
Penanaman
Pengairan
Pemupukan
Pengendalian Gulma (Penyiangan)
Pengendalian hama dan penyakit
Panen
Pengolahan Lahan
Sama dengan konvensional, dibajak, digaru
Buat saluran sekeliling petakan dan ditengah
Ratakan lalu di caplak
Usahakan dalam keadaan lembab sewaktu bertanam
Persemaian
Benih terlebih dahulu direndam dengan air, benih yang tenggelam dijadikan benih sedangkan yang terapung dibuang
Rendam benih selama satu malam
Lalu keringkan selama dua malam
Apabila telah keluar kecambah maka taburkan di persemaian
Benih ditabur satu genggam untuk satu meter persegi sehingga lebih jarang

Penanaman
Setelah bibit berumur 7-12 hari dipersemaian maka bibit dicabut dan ditanam pada lahan yang telah disediakan
Jarak tanam minimal 25cm x 25cm
Tanam 1 bibit per lubang tanam
Bibit yang ditanam harus terbawa biji yang masih melekat

Pengairan
Selama fase vegetatif lahan diusahakan dalam keadaan lembab
Selama fase generatif lahan diairi atau digenangi sampai 20 hari menjelang panen
Sewaktu penyiangan gulma dan pemupukan lahan digenangi

Pemupukan
Pupuk organik (pupuk kandang, kompos, tithonia diberikan seminggu sebelum tanam atau pada waktu menggaru
Pupuk kimia diberikan urea, SP-36, KCl diberikan saat tanam. Urea diberikan 1/3
Sisa urea diberikan waktu pemupukan kedua atau ketiga
Sebaiknya ditambah dengan pupuk hayati

Penyiangan
Penyiangan dilakukan sedini mungkin
7-10 hari setelah tanam harus dilakukan penyiangan gulma
Penyiangan selanjutnya 7 hari setelah itu
Penyiangan dilakukan dengan cara manual (tangan) atau mekanik pakai alat sederhana atau rotary

Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit dikendalikan dengan pestisida alami
Agen hayati
Bio herbisida
MOL

Panen
Panen dilakukan apabila telah dipenuhi kriteria panen
90% daun telah menguning
Gabah apabila dipencet telah mengeras
Panen dilakukan dengan manual pakai sabit atau ani-ani atau mekanik pakai treser

Kenapa anakan sampai banyak?
Anakan eksponensial terjadi pada minggu ke 3
Anakan terbentuk sampai 12 kali
Umur tanam lebih cepat
Bibit ditanam 1 batang dan anakan terbentuk setelah tanam
Tidak terjadi kompetisi sesama tanaman


SORGHUM
(Sorghum vulgare Pers)

Iklim:
Suhu optimum bagi pertumbuhan 23 – 30oC, Suhu yang baik 25oC
RH 20-40%
Curah Hujan 375 – 425 mm
Sorghum terogolong tahan terhadap kekeringan karena adanya lapisan lilin
Pada Batang dan daun dan luas permukaan daun relatif kecil
Tanah
Tumbuh baik pada hampir semua jenis tanah, tidak tumbuh baik pada tanah
Yang terlalu basah
pH tanah 5,0 – 7,0 dan kurang baik pada tanah alkalis
Daya serap air sangat besar, shg perlu diberikan pengairan pada kapasitas
Air tanah rendah, terutama pada masa tanaman berdaun cepat, masa bunting,
Pengisian biji
Waktu Tanam
Harus diatur, pembungaan berlangsung
pada saat hujan mulai berkurang
Pemasakan biji pada musim kemarau krn hujan
akan mengganggu proses pembuahan
Pada sawah tadah hujan sorghum ditanam
pada akhir musim hujan setelah panen padi
Varietas: Cempaka, Katengu, Darso, UPCA S1 dan UPCA S2 KDU,
No.6C, No.7C, N0.72, N0.46, Hegari, Birdproof
Cara Bertanam
Pengolahan Tanah = jagung
Dibajak 1 atau 2 kali, digaru kemudian diratakan
Harus bersih dari gulma
Drainase perlu diperhatikan
Jarak tanam 75 x 25 cm atau 75 x 20 cm masing 2 tanaman per
lubang
Populasi 100.000 – 150.000 tanaman /ha
Kebutuhan benih 8 – 10 kg/ha
Hasil 3 - 4 ton / ha biji kering

Penanaman
2-3 biji per lubang
Penjarangan menjadi 2 tanaman pada umur
2 minggu setelah tanam
Pemupukan
Pupuk N dosis 90 kg N atau 2 kwintal Urea/ha
dilakukan 2 kali 1/3 bgn saat tanam, 2/3 bgn umur 1 bulan
45 kg P2O5 atau 1 kwintal TSP /ha
30 kg K2O / ha
Cara pemberian
Disebar dalam larikan dengan jarak 7 cm kiri dan kanan dalam 1 cm
Atau dalam lubang yang ditugalkan dikiri kanan lubang namun
tenaga dan waktu yang diperlukan lebih banyak
Pupuk kedua jarak 15 cm dari lubang
Pukan juga dapat digunakan
Mutu
Biji sorghum = jagung
Makanan ternak
Kandungan protein lebih tinggi dari jagung
Kandungan lemak lebih rendah dari jagung
Ratoon Sorghum
Pemotongan batang akan dapat tumbuh tunas baru
Ratoon dillakukan 2 – 3 kali
Pemeliharaan
Keuntungan Ratoon
Hemat biaya pengolahan tanah
Tidak membutuhkan benih
Panen lebih cepat
Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan pertama umur 10 -15 hari setelah tanam
Penyiangan kedua dilakukan bersamaan dengan pembumbunan
Dilakukan setelah pemupukan kedua
Pembumbunan untuk memperkokoh batang dan mempermudah pengairan
Pemberantasan Hama dan Penyakit
Lebih tahan thd Hama dan Penyakit
Beberapa Hama Jagung yang menyerang sorghum
Lalat Bibit (Atherigona exigua)
Ulat Daun (Prodenia litura)
Ulat Agrotis (Agrotis ibsilon)
Burung
Pengendalian : Penyemprotan dgn Insektisida Surecide 25 EC
Basudin 60 EC
Penyakit:
Penyakit Karat (Helminthosporium tursicum)
Becak Daun (Colletricum falcatum)
Totol Kuning pada daun (Puccinia sorghi)
Tar-spat (Phylachora sp)
Pemungutan Hasil
Panen dilakukan umur 45 hari setelah bakal biji terbentuk
atau biji keras kalau dipijit
Alat Pisau, malai dipotong agak panjang
Pengeringan dengan sinar matahari atau mesin pengeringan atau dryer
Kadar air 12 – 13% dapat disimpan pada belek yang ditutup rapat
atau karung

Jangan lebih dari KA 13%