PENGARUH UMUR DAN DOSIS PUPUK KANDANG
LIMOSIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
KACANG
PANJANG
(Vigna sinensis L.)
EFFECT OF AGE AND DOSE OF FERTILIZER
COOP LIMOUSINE PLANT GROWTH AND RESULTS
LONG BEANS
(Vigna sinensis L.)
LAPORAN PENELITIAN
RESEARCH REPORT
Oleh :
Ir. Agus Edi Setiyono, MP.
NIP : 1956090919870606002
Staf Pengajar
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PANCA MARGA
PROBOLINGGO
2015
RINGKASAN
Ir. Agus Edi Setiyono, MP. Pengaruh Umur dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis. L).
Dosen, Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Panca Marga Probolinggo.
Kata
Kunci :
Umur Pupuk Organik Asal Limbah Limosin, Dosis
Pupuk Organik Asal Limbah Limosin
Indonesia
merupakan sentra penanaman kacang panjang yang mempunyai keanekaragaman genetik
yang luas. Pemupukan merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan
kapasitas produksi tanah. Pemupukan tersebut dapat berupa pupuk organik, pupuk
anorganik, ataupun campuran keduanya. Pemupukan yang efektif melibatkan
persyaratan kuantitatif dan kualitatif. Pupuk organik
mempunyai kemampuan mengubah berbagai faktor dalam tanah, baik yang bersifat negative maupun yang bersifat positif, yang positif menjadi
faktor-faktor yang menjamin kesuburan tanah dan mengandung sejumlah unsur hara
mikro yang dibutuhkan oleh tanaman.
Penelitian
ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui pengaruh Umur Pupuk Organik Asal Limbah Limosin terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman kacang panjang. 2) Mengetahui pengaruh Dosis
Pupuk Organik Asal Limbah Limosin
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang. 3) Mengetahui interaksi
antara Umur dan Dosis
Pupuk Organik Asal Limbah Limosin
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang. Hipotesis : 1) Umur
Pupuk Organik Asal Limbah Limosin
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang. 2)
Pemberian Pupuk Organik Asal Limbah Limosin dengan
dosis tertentu berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang
panjang. 3) Terjadi interaksi antara Umur dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang.
Penelitian
ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor yaitu Umur
Pupuk Organik Asal Limbah Limosin (U)
sebanyak 3 aras perlakuan dan
Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin (D)
sebanyak 4 aras dengan 3 ulangan. Apabila hasil uji F
menunjukkan pengaruh yang nyata maka analisis dilanjutkan Uji Jarak Berganda
Duncan’s (DMRT) pada taraf 5 %.
Kesimpulan
penelitian ini adalah : 1) Perlakuan umur 3 bulan (U3)
memberikan hasil terbaik dalam rerata tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah
polong per tanaman, dan bobot segar polong per tanaman. 2) Perlakuan dosis 1,5
kg/polybag (D2) memberikan hasil yang terbaik terhadap rerata
diameter batang, jumlah polong per tanaman, dan bobot segar polong per tanaman.
3) Ada interaksi yang dominan utamnya pada
perlakuan U3D3 (Umur 9 bulan
dan dosis 2,25 kg/polybag) memberikan hasil terbaik dalam rerata diameter
batang dan jumlah daun.
SUMMARY
Keywords: Age Limousine Waste Organic Fertilizer Origin, Origin Organic Fertilizer Dose Waste LimousineIndonesia is the center of the planting of beans that have extensive genetic diversity . Fertilization is one alternative to increase the production capacity of the soil . Fertilization can be either organic fertilizers , inorganic fertilizers , or a mixture of both . Effective fertilization involves quantitative and qualitative terms . Organic fertilizers have the ability to change a variety of factors in the soil , both negative and the positive, positive into the factors that ensure soil fertility and contains a number of micro-nutrients required by plants.
Ir . Agus Edi Setiyono ,
MP
. Effect of Age and Origin Organic
Fertilizer Dose Limousine Against Waste Plant Growth and Yield Long Bean (
Vigna sinensis L ) Lecturer , Department of Agrotechnology Faculty of Agriculture, University of Panca Marga Probolinggo.
This
study aims to: 1) Determine the influence of Origin Organic Fertilizer Waste
Age limousine on the growth and yield of beans. 2) Determine the influence of
Origin Waste Organic Fertilizer Dose Limousine on the growth and yield of
beans. 3) Knowing the interaction between age and origin Waste Organic
Fertilizer Dosage Limousine on the growth and yield of beans. Hypothesis: 1)
Age Origin Organic Fertilizer Waste Limousine significant effect on the growth
and yield of beans. 2) Provision of Organic Fertilizer Origin Waste Limousine
with a certain dose significantly affected the growth and yield of beans. 3)
There was an interaction between age and origin Waste Organic Fertilizer Dosage
Limousine on the growth and yield of beans.
This study uses a randomized block design (RAK) factorial by 2 factors: Age Origin Organic Fertilizer Waste Limousine (U) as many as three levels of treatment and dose of Origin Organic Fertilizer Waste Limousine (D) as much as four levels with three replications. If the F test results showed a marked influence the analysis followed Duncan's Multiple Range Test (DMRT) at 5%.
The conclusion of this study are: 1) Treatment of the age of 3 months (U3) gives the best results in the average plant height, number of leaves, number of pods per plant, and the fresh weight of pods per plant. 2) The treatment dose of 1.5 kg / polybag (D2) gives the best results against the average stem diameter, number of pods per plant, and the fresh weight of pods per plant. 3) There is the dominant interaction and staunch the treatment U3D3 (Age 9 months and a dose of 2.25 kg / polybag) gives the best results in the mean diameter of the stem and leaves.
This study uses a randomized block design (RAK) factorial by 2 factors: Age Origin Organic Fertilizer Waste Limousine (U) as many as three levels of treatment and dose of Origin Organic Fertilizer Waste Limousine (D) as much as four levels with three replications. If the F test results showed a marked influence the analysis followed Duncan's Multiple Range Test (DMRT) at 5%.
The conclusion of this study are: 1) Treatment of the age of 3 months (U3) gives the best results in the average plant height, number of leaves, number of pods per plant, and the fresh weight of pods per plant. 2) The treatment dose of 1.5 kg / polybag (D2) gives the best results against the average stem diameter, number of pods per plant, and the fresh weight of pods per plant. 3) There is the dominant interaction and staunch the treatment U3D3 (Age 9 months and a dose of 2.25 kg / polybag) gives the best results in the mean diameter of the stem and leaves.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesia
merupakan sentra penanaman kacang panjang yang mempunyai keanekaragaman genetik
yang luas. Berdasarkan laporan biro
pusat statistik, luas areal tanaman kacang-kacangan di Indonesia merupakan
terluas dibandingkan dengan luas areal jenis sayuran lainnya, maka dari itu
kacang panjang termasuk sayuran yang banyak dikonsumsi di Indonesia.
Pada tahun 2007
hasil kemampuan produksi bobot polong segar mencapai
5,72 ton/ha, tahun 2008 mengalami penurunan 5,46 ton/ha dan pada tahun 2009
sebesar 5,77 ton/ha. Kemampuan produksi tersebut masih rendah
dibandingkan potensi hasil yang sesungguhnya mencapai 20 ton/ha. Jadi sangat
penting adanya usaha-usaha dalam peningkatan produksi kacang
panjang. Tanah sebagai salah satu faktor produksi pertanian mempunyai fungsi
fisika, biologi, maupun kimia yang menentukan kesuburan. Keberhasilan dan
jumlah unsur hara maupun air yang diserap tanaman sangat tergantung pada
ketersediaan unsur-unsur tersebut di dalam tanah sebagai media tumbuh (Rukmana,
1995).
Tanaman kacang
panjang (Vigna sinensis L.) sudah lama dibudidayakan
oleh orang Indonesia. Sebenarnya kacang panjang berasal dari India dan Afrika.
Kemudian menyebar penanamannya ke daerah-daerah Asia Tropika hingga ke
Indonesia. Tanaman ini mudah tumbuh dengan baik diberbagai jenis tanah,
baik tanah sawah, tanah tegalan
bahkan tanah pekarangan rumah.
Kacang panjang
bersifat dwiguna, artinya sebagai sayuran polong dan sebagai penyubur tanah.
Tanaman sebagai penyubur tanah karena pada akar-akarnya terdapat bintil-bintil
bakteri Rhizobium sp..
Bakteri tersebut berfungsi mengikat nitrogen bebas dari udara. Maka dari itu
kacang panjang banyak di tanam oleh petani di pematang sawah baik monokultur
maupun sebagai tanaman sela (Sunarjono, 2003).
Sebagai sayuran
polong, kacang panjang mengandung protein cukup tinggi, yaitu 22,3% dalam biji
kering, 4,1% pada daun, dan 27% pada polong muda (Haryanto, dkk., 2003).
Menurut Irfan (1992), bahwa setiap 100 g berat kacang panjang terkandung antara
lain protein 2,7 g; lemak 1,3 g; hidrat arang 7,8 g; dan menghasilkan 34 kg
kalori.
Pemupukan
merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kapasitas produksi tanah.
Pemupukan tersebut dapat berupa pupuk organik, pupuk anorganik, ataupun
campuran keduanya. Pemupukan yang efektif melibatkan persyaratan kuantitatif
dan kualitatif. Persyaratan kuantitatifnya adalah dosis pupuk, sedangkan
persyaratan kualitatifnya meliputi unsur hara yang diberikan dalam pemupukan
relevan dengan masalah nutrisi yang ada, waktu pemupukan dan penempatan pupuk
tepat, unsur hara dapat diserap tanaman, tanaman dapat menggunakan unsur hara
yang diserap untuk meningkatkan produksi dan kualitasnya (Indranada, 1986).
Menurut Sutejo
(1995), penggunaan pupuk organik biasanya ditujukan untuk memperbaiki sifat
fisik, dan biologi tanah. Walaupun kandungan unsur hara dalam pupuk organik
relatif lebih kecil dibanding pupuk anorganik namun bila sifat fisik menjadi
baik maka sifat kimia tanah pun akan berubah. Pupuk organik dapat menambah
kandungan bahan organik tanah dan memperbaiki sifat fisik maupun biologi tanah.
Terhadap tanah, bahan organik dapat meningkatkan kemantapan agregat,
infiltrasi, daya menahan air, meningkatkan jumlah pori makro dan mikro serta
merupakan sumber energi bagi kegiatan biologis tanah. Lebih lanjut pengaruh
pupuk tersebut akan lebih berhasil guna bagi tanaman apabila memperhatikan
dosis, macam dan waktu pemberian.
Secara umum
pupuk organik sangat baik diberikan dalam budidaya
tanaman kacang panjang sebab untuk tumbuh dan berproduksi tinggi kacang panjang
membutuhkan tanah berdebu, kaya akan hara tanaman dan humus. Salah satu
penyebab adalah karena dari pupuk organik selain sebagai sumber unsur hara juga
karena mengandung humus sehingga tanah tidak akan cepat kering. Untuk
lahan-lahan di Indonesia, pupuk organik umumnya diberikan 1 minggu sebelum
tanam bersamaan waktu pengolahan tanah sebagai pupuk dasar sebanyak 10 ton/ha
dengan cara dibenamkan sedalam 10 cm (Anonim, 1977).
Berdasarkan
latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Umur dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Kacang Panjang (Vigna
sinensis L.) ”.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Berapakah umur Pupuk Organik Asal Limbah
Limosin yang berpengaruh paling tepat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
kacang panjang (Vigna sinensis L.)?
2. Berapakah dosis Pupuk Organik Asal
Limbah Limosin yang berpengaruh paling tepat terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.)?
3. Apakah terjadi interaksi antara umur dan
dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
kacang panjang (Vigna sinensis L.)?
1.3
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan dalam penelitian ini adalah untuk :
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan dalam penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengaruh umur Pupuk Organik
Asal Limbah Limosin terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.)
2. Mengetahui pengaruh dosis pupuk organik limbah limosin
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.)
3.
Mengetahui interaksi antara umur dan
dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
kacang panjang (Vigna sinensis L.)
4.
1.4
Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat
yang diharapkan akan diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, diharapkan dapat
memberikan pengetahuan baru serta pembelajaran tentang pengaruh umur dan dosis Pupuk
Organik Asal Limbah Limosin pada tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.)
2. Bagi fakultas diharapkan dapat menjadi
tambahan khasanah intelektual serta sebagai acuan dan landasan
penelitian penelitian selanjutnya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Kacang
Panjang
Sayuran
dalam kehidupan manusia sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan
peningkatan gizi, karena sayuran merupakan salah satu sumber mineral dan
vitamin yang sangat dibutuhkan manusia. Konsumsi sayuran pada saat ini sudah
mulai meningkat, karena mulai adanya kesadaran bahwa dengan mengkonsumsi
sayuran berarti hidup akan bertambah sehat. Kacang panjang merupakan salah satu
sayuran yang sangat digemari oleh berbagai kalangan masyarakat dengan jumlah
produksi yang cukup besar. Sayuran kacang panjang juga mudah diperoleh di pasar
tradisional maupun pasar swalayan. Pendayagunaan kacang panjang sangat beragam
yakni dihidangkan untuk berbagai masakan mulai dari bentuk mentah sampai olahan
(Asripah, 2004).
Kebutuhan
sayur-sayuran akan semakin meningkat seiring dengan semakin pedulinya
masyarakat akan makanan yang sehat dan berimbang. Kacang panjang sebagai salah
satu jenis dari sayur-sayuran dapat menjadi pilihan yang mudah untuk sebagian
masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi kacang panjang pada tahun 2006
yang diperkirakan sebesar 2,66 kg/kapita/tahun, yang berarti diperlukan kacang
panjang sebanyak 492.000 ton/tahun BPS (2007). Akan tetapi, berdasarkan data
BPS (2007) produktivitas kacang panjang baru mencapai sekitar 354.000
ton/tahun.
Tanaman kacang
panjang merupakan tanaman perdu semusim. Tanaman ini berbentuk perdu yang
tumbuhnya menjalar atau merambat. Jarak tanam untuk tanaman kacang panjang adalah 50 cm
x 50 cm, 45 cm x 50 cm, 50 cm x 60 cm, dan 50 cm x 30 cm tergantung dari
varietas yang akan ditanam, misalnya, varietas putih super dan hijau super,
jarak tanam yang digunakan 50 cm x 50 cm, untuk varietas biji hitam jarak tanam
yang digunakan 45 cm x 50 cm, untuk varietas lurik super dan varietas merah
putih super, jarak tanamnya 50 cm x 60 cm. sedangkan varietas local, jarak
tanamnyanya 50 cm x 30 cm atau 40 cm x 60 cm.
2.2
Klasifikasi
Tanaman Kacang Panjang
Menurut Haryanto
(2003), tanaman kacang panjang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Leguminoceae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk
Vigna sinensis ssp. Sesquipedalis
|
2.2.1. Botani Tanaman
Kacang Panjang
a. Akar
Perakaran tanaman kacang panjang
yaitu tunggang dan serabut. Akar tunggang tumbuh lurus ke dalam hingga mencapai
kedalaman 30 cm. Akar serabut tumbuh ke arah samping (horizontal). Akar tanaman
kacang panjang memiliki bintil-bintil akar yang berfungsi sebagai pengikat
nitrogen (N) bebas dari udara.
b. Batang
Tanaman kacang panjang merupakan
tanaman semak dengan tipe tumbuh menjalar. Menurut Haryanto (2003)
batang tanaman kacang panjang memiliki ciri-ciri liat, tidak berambut,
berbentuk bulat, panjang dengan diameter 0,6 – 1 cm.
c. Daun
Daun majemuk, lonjong, panjang 6
– 8 cm, lebar 3-4,5 cm. Tepi rata, pangkal membulat, ujung lancip, pertulangan
menyirip, tangkai silindris, panjang kurang lebih 4 cm, dan berwarna hijau.
d. Bunga
Bunga kacang panjang termasuk
bunga sempurna, yakni dalam satu bunga terdapat kelamin betina dan kelamin
jantan. Bunga terdiri atas tangkai bunga, kelopak bunga, mahkota bunga, benang
sari dan putik. Mahkota bunga berjumlah empat helai yaitu 2 helai bagian luar
yang lebih besar daripada bagian dalam. Bunga kacang panjang berbentuk
kupu-kupu , warna mahkota bunga bervariasi dari putih, kuning, biru, dan ungu.
Bunga akan mekar setelah terjadi pembuahan.
e. Buah
Buah berbentuk polong dengan
panjang polong sekitar 30-80 cm bahkan lebih. Warna polong beragam ada yang
hijau keputih-putihan, hijau, merah, atau kemerah-merahan. Warna biji beragam,
ada yang putih, merah keputih-putihan, coklat dan hitam. Pada satu polong
biasanya terdapat 15 biji atau lebih.
2.3 Syarat Tumbuh
Menurut Anonim
(1977) syarat tumbuh tanaman kacang panjang yaitu :
2.3.1
Iklim
Unsur-unsur
iklim yang perlu diperhatikan dalam pertumbuhan tanaman antara lain ketinggian
tempat, sinar matahari, dan curah hujan. Kacang panjang dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik di dataran rendah dan dataran tinggi dengan ketinggian
0-1500 m dari permukaan laut (dpl), tetapi yang paling baik pada ketinggian
kurang lebih 800 m dpl.
Penanaman di
dataran tinggi, umur panen relatif lama, tingkat produksi maupun
produktivitasnya lebih rendah bila dibanding dengan dataran rendah. Ketinggian
tempat berkaitan erat dengan suhu, yang merupakan faktor penting bagi tanaman.
Suhu idealnya antara 20°C - 30°C. Dengan curah hujan antara 600-1500 mm/tahun,
kelembaban udara 60-80 %.
2.3.2 Tanah
Hampir semua
jenis tanah cocok untuk budidaya kacang panjang, namun yang paling baik adalah
tanah latosol atau lempung berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan
organik dan drainasenya baik.
Untuk
pertumbuhan yang optimum, diperlukan derajat keasaman (pH) tanah antara 5,5-6,5.
Bila pH di bawah 5,5 dapat menyebabkan tanaman tumbuh kerdil karena teracuni
garam aluminium (Al) yang larut dalam tanah (Haryanto, 2003). Dan bila pH
terlalu basa (di atas pH 6,5) menyebabkan pecahnya nodula-nodula akar (Anonim,
2012).
2.4
Kandungan
Gizi Kacang Panjang
Menurut Haryanto
(2003), kacang panjang penting sebagai sumber vitamin dan mineral. Sayur ini
banyak mengandung vitamin A, vitamin B, dan vitamin C terutama pada polong
muda.
Bijinya banyak
mengandung protein, lemak dan karbohidrat. Dengan demikian, komoditi ini
merupakan sumber protein nabati yang cukup potensial. Pada tabel 1 berikut
diuraikan kandungan gizi pada polong, biji, dan daun kacang panjang.
Tabel 1 Komposisi Zat Gizi Kacang
Panjang Per 100 gr Bahan
Jenis Zat Gizi
|
Polong
|
Biji
|
Daun
|
Kalori (kal)
|
44,00
|
357,00
|
34,00
|
Karbohidrat
(g)
|
7,80
|
70,00
|
5,80
|
Lemak (g)
|
0,30
|
1,50
|
0,40
|
Protein (g)
|
2,70
|
17,30
|
4,10
|
Kalsium (mg)
|
49,00
|
163,00
|
134,00
|
Fosfor (mg)
|
347,00
|
437,00
|
145,00
|
Besi (mg)
|
0,70
|
6,90
|
6,20
|
Vitamin A (SI)
|
335,00
|
0
|
5240,00
|
Vitamin B (mg)
|
0,13
|
0,57
|
0,28
|
Vitamin C (mg)
|
21,00
|
2,00
|
29,00
|
Air (g)
|
88,50
|
12,20
|
88,30
|
Bagian dapat
dimakan (%)
|
75,00
|
100,00
|
65,00
|
Sumber : Daftar komposisi bahan makanan, Depkes 1990
dalam Haryanto 2007
2.5 Bahan Organik
Bahan
organik merupakan bahan penting dalam membentuk kesuburan tanah. Bahan organik
tanah biasanya menyusun sekitar 5 % bobot total tanah. Meskipun hanya sedikit,
akan tetapi bahan organik memegang peranan penting dalam menentukan kesuburan
tanah. Sebagai media tumbuh bahan organik juga berpengaruh secara langsung
terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman serta mikrobia tanah yaitu
sebagai sumber energi, hormon, vitamin dan senyawa perangsang tumbuh lainnya.
Bahan organik mempunyai peranan penting terhadap sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah.
a. Mempengaruhi
warna tanah menjadi coklat sampai hitam.
b. Merangsang
granulasi agregat dan memantapkannya.
c. Menurunkan
plastisitas dan kohesi tanah.
d. Memperbaiki
sruktur tanah menjad lebih remah
e. Meningkatkan
kapasitas memegang air sehingga drainase tidak berlebihan, kelembaban,
dan temperatur tanah menjadi stabil.
Pengaruh bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah :
a) Bagian
yang mudah terurai dari proses mineralisasi bahan organik akan menyumbangkan
sejumlah ion-ion hara tersedia bagi tanaman.
b) Selama
proses terdekomposisi sejumlah hara tersedia akan di akumulasikan ke dalam
sel-sel mikroba.
Bahan organik juga berpengaruh terhadap sifat biologi tanah yaitu :
a) Sebagai
sumber energi dan hara bagi jasad biologis tanah.
b) Meningkatkan
jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah.
c) Meningkatkan
kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik.
2.6. Pupuk Kandang
Sapi (Pupuk
Organik Asal Limbah lemosin)
Pupuk kandang
(pukan) didefinisikan sebagai semua produk buangan atau limbah dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk
menambah hara, memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah. Susunan kimia pupuk
kandang berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain tergantung dari macam
makan ternak, umur ternak, keadaan hewan, sifat dan jumlah amparan, cara
mengurus, dan penyimpanan pupuk sebelum dipakai.
Manfaat dari
penggunaan pupuk kandang telah diketahui berabad-abad lampau bagi pertumbuhan
tanaman, baik pangan, ornamental, maupun perkebunan. Yang harus mendapat
perhatian khusus dalam penggunaan pupuk kandang adalah kadar haranya yang
sangat bervariasi.
Pupuk kandang
yang akan digunakan sebagai media tanam harus yang sudah matang dan steril, hal
itu ditandai dengan warna pupuk yang hitam pekat. Pemilihan pupuk kandang yang
sudah matang bertujuan untuk mencegah munculnya bakteri atau cendawan yang
dapat merusak tanaman (Widowati, 2004).
Pupuk kandang
mempunyai kemampuan mengubah berbagai faktor dalam tanah, sehingga menjadi
faktor-faktor yang menjamin kesuburan tanah dan mengandung sejumlah unsur hara
mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Jenis kotoran hewan yang umum digunakan
adalah kotoran ayam, sapi, kambing, kuda, kerbau, dan kelinci. Diantara jenis
pupuk kandang, pupuk kandang sapilah yang mempunyai kadar serat yang tinggi
seperti selulosa, hal ini terbukti dari hasil pengukuran parameter C/N rasio
yang cukup tinggi >40. Tingginya kadar C dalam pukan sapi menghambat
penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan menekan pertumbuhan tanaman
utama. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba dekomposer akan menggunakan
N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan organik tersebut sehingga tanaman
utama akan kekurangan N. Untuk memaksimalkan penggunaan pukan sapi harus
dilakukan pengomposan agar menjadi kompos pukan sapi dengan rasio C/N di bawah
20.
Pupuk kandang sapi merupakan pupuk kandang padat yang banyak mengandung air dan lendir. Kandungan pupuk kandang sapi dalam tiap ton adalah 85 % H2O, 2,2-2,6 % N, 0,26-0,45 % P, 0,13-1,37 % K.
Pupuk kandang sapi merupakan pupuk kandang padat yang banyak mengandung air dan lendir. Kandungan pupuk kandang sapi dalam tiap ton adalah 85 % H2O, 2,2-2,6 % N, 0,26-0,45 % P, 0,13-1,37 % K.
Keunggulan pupuk
kandang atau pupuk organic dibandingkan
dengan pupuk kimia yaitu pupuk kandang banyak mengandung jasad mikro,
kelembaban dan kadar hara yang sangat beragam, membantu menetralkan pH tanah,
membantu menetralkan racun akibat adanya logam berat dalam tanah, memperbaiki
struktur tanah menjadi lebih gembur, mempertinggi porositas tanah, dan secara
langsung meningkatkan ketersediaan air tanah, membantu mempertahankan suhu
tanah sehingga fluktuasinya tidak tinggi.
Sapi Limosin
merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang di Perancis. Karakteristik Sapi
Limosin adalah pertambahan badan yang cepat perharinya sekitar 1,1 kg, tinggi
mencapai 1,5 m, bulu tebal yang menutupi seluruh tubuh warnanya mulai dari
kuning sampai merah keemasan, tanduknya berwarna cerah, bobot lahir tergolong
kecil sampai medium (sapi betina dewasa mencapai 575 kg dan pejantan dewasa
mencapai berat 1100 kg), fertilitasnya cukup tinggi, mudah melahirkan, mampu
menyusui, dan mengasuh anak dengan baik serta pertumbuhannya capat (Blakely dan
Bade, 1994). Sapi Limosin dapat berproduksi secara optimal pada daerah yang
beriklim temperatur dengan suhu antara 4—150C dengan mendapat
hijauan serta konsentrat yang bernilai tinggi. Jenis pakan ternak sapi Limosin
hampir sama dengan jenis pakan ternak sapi biasa, tetapi untuk jenis pakan
ternak sapi Limosin yaitu meliputi :
a. Pakan
hijauan
Pakan hijauan meliputi rumput
gajah, pucuk jagung, daun petai-petain
b. Pakan
Konsentrat
Konsentrat adalah campuran dari
beberapa bahan pakan untuk melengkapi kekurangan gizi dari hijauan pakan
ternak. Bahan pakan konsentrat yang diberikan antara lain : dedak padi, bungkil
kelapa, jagung giling, bungkil kacang tanah, ampas tahu, ampas kecap, tetes dan
lain-lain.
2.7
Dosis
Pupuk Kandang
(Pupuk Organik Asal Limbah Organik)
Dosis pemberian
pupuk kandang dibandingkan dengan pupuk buatan memang agak sulit ditentukan,
hal ini disebabkan untuk lokasi yang berbeda, jenis tanah berbeda, kandungan
haranya berbeda pula sehingga dalam penggunaan memerlukan dosis yang berbeda
pula.
Sifat dan ciri
pupuk kandang dibandingkan dengan pupuk buatan adalah : (1) lebih lambat
bereaksi, karena sebagian besar zat-zat makanan masih mengalami berbagai
perubahan terlebih dahulu sebelum diserap tanaman, (2) mempunyai efekresidu,
yaitu haranya dapat berangsur-angsur menjadi bebas dan tersedia bagi tanaman,
umumnya efek ini masih menguntungkan 3-4 tahun setelah perlakuan, walaupun pada
kenyataanya pengaruh cadangan tersebut tidak begitu nyata. Dapat dipastikan
bahwa pemupukan dengan pupuk kandang secara teratur, lambat laun akan membentuk
cadangan unsur hara di dalam tanah tersebut dan (3) dapat memperbaiki struktur
dan menambah bahan organik (Setiawan, 2000).
Pemupukan
yang efektif melibatkan persyaratan kuantitatif dan kualitatif. Persyaratan kuantitatif
adalah dosis pupuk, sedangkan persyaratan kualitatif meliputi paling tidak
empat hal : 1. Unsur hara yang diberikan dalam pemupukan relevan dengan masalah
nutrisi yang ada, 2. waktu pemupukan dan penempatan pupuk tepat, 3. Unsur hara
yang berada pada waktu dan tempat yang tepat dapat diserap oleh tanaman dan 4.
Unsur hara yang diserap digunakan oleh tanaman untuk meningkatkan hasil /
produksi dan kualitasnya. Dosis pupuk
kandang adalah jumlah pupuk kandang yang digunakan tiap satuan luas atau tiap
tanaman dalam satu kali aplikasi pemupukan atau lebih (Indranada, 1986).
Pemberian pupuk
kandang dalam tanaman semusim seperti palawija, sayuran, buah-buahan, biasanya
diberikan sebagai pupu dasar dengan dosis yang digunakan sebanyak 10 ton/ha.
Sedangkan pupuk kandang yang diberikan pada bawang merah yaitu 10 ton/ha, untuk
tanaman cabai 15 ton/ha, kentang 20 ton/ha (Setiawan, 2000) .
2.8 Penelitian Terdahulu
Penggunaan pupuk
kandang sebagai media tanam kacang panjang sangatlah menjanjikan untuk terus
dikembangkan, hal ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pardono
(2007) yang berjudul Pengaruh Pupuk Organik Air Kencing Sapi dan Pupuk Kandang
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.), menunjukkan hasil bahwa pupuk organik kotoran
sapi (pupuk kandang). berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
kacang panjang, semakin tinggi dosis semakin tinggi hasilnya.
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Mei Puspita Sari (2009) yang berjudul Pengaruh
Lama Perendaman Dalam Urine Sapi dan Dosis Pupuk Kandang Sapi Terhadap
Pertumbuhan Setek Nilam (Pogostemon
cablin, Benth) dalam
penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian dengan RAL Faktorial
(Rancangan Acak Lengkap) dengan 2 faktor yang terdiri dari lama perendaman
urine sapi dan dosis pupuk kandang sapi dimana dosis pupuk kandang sapi terdiri
dari 4 taraf yaitu tanpa pupuk kandang, dosis pupuk kandang 10 ton/ha (0,5
kg/polybag), dosis pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha (1 kg/polybag) dan 30
ton/ha (1,5 kg/polybag) sehingga didapat kesimpulan bahwa pemberian pupuk
kandang sebanyak 30 ton/ha (1,5 kg/polybag) memberikan hasil tertinggi pada
variabel pengamatan dan terendah pada taraf kontrol.
2.9 Hipotesis
Adapun hipotesis
yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Umur
Pupuk Organik Asal Limbah Limosin dapat
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.)
2. Pemberian
Pupuk Organik Asal Limbah Limosin dengan
dosis tertentu dapat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
kacang panjang (Vigna sinensis L.)
3. Terjadi
interaksi antara umur dan dosis Pupuk Organik Asal
Limbah
Limosin terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.)
Tabel 2.
Kandungan hara beberapa pukan(PupukKandang)
Sumber Pukan
|
N
|
P
|
K
|
Ca
|
Mg
|
S
|
Fe
|
Ppm
|
|||||||
Sapi perah
|
0,53
|
0,35
|
0,14
|
0,28
|
0,11
|
0,05
|
0,004
|
Sapi daging (Limo sin,
brangos, bali, brahman)
|
0,65
|
0,15
|
0,30
|
0,12
|
0,10
|
0,09
|
0,004
|
Kuda
|
0,70
|
0,10
|
0,58
|
0,79
|
0,14
|
0,07
|
0,010
|
Unggas
|
1,50
|
0,77
|
0,89
|
0,30
|
0,88
|
0,00
|
0,100
|
Domba
|
1,28
|
0,19
|
0,93
|
0,59
|
0,19
|
0,09
|
0,020
|
Sumber: Tan (1993)
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian
dilaksanakan di Desa Purnama, Kecamatan Tegalampel
Kabupaten Bondowoso, yang berada pada ketinggian ± 397 m di atas
permukaan laut (dpl), curah hujan 3958
mm/tahun dan jenis tanah Latosol. Penelitian ini dilaksanakan selama 3
bulan, dimulai bulan Januari–Maret 2015.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi cangkul, polybag hitam ukuran 10 kg,
timbangan, ayakan, meteran, jangka sorong, sabit/parang,
timba, handsprayer, gunting, cetok, kertas label, papan penelitian, dan alat
tulis.
Sedangkan bahan
yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi benih kacang panjang (Varietas parade), Pupuk Organik Asal Limbah Limosin, air, tanah, bambu.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2
faktor yaitu umur pupuk kandang limosin sebanyak 3 taraf perlakuan dan dosis
pupuk organik asal limbah limosin
sebanyak 4 taraf perlakuan, dengan 3 kali ulangan.
Model liniernya
sebagai berikut :
ϒijk = μ + αi + βi + γk + (αβ) ij + εijk
Keterangan :
ϒijk = Nilai-nilai pengamatan hasil percobaan
μ =
Nilai
rerata (mean) harapan
αi = Pengaruh umur pada taraf ke-i
βi = Pengaruh dosis pupuk kandang limosin
pada taraf ke-j
γk = Pengaruh ulangan pada taraf ke-k
(αβ) ij = Pengaruh umur (αi) dan dosis pupuk kandang
limosin (βi)
Εijk = Galat percobaan
Faktor I adalah
Umur Pupuk Organik Asal Limbah Limosin (U)
yang terdiri dari 3 taraf, yaitu :
U1 =
Umur 3 bulan
U2 =
Umur 6 bulan
U3 =
Umur 9 bulan
Faktor II adalah
Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin (D)
yang terdiri dari 4 taraf yaitu :
D0
= Tanpa pupuk
kandang
D1 = Pemberian pupuk
kandang dengan dosis 0,75 kg/polybag (15 ton/ha)
D2 = Pemberian pupuk
kandang dengan dosis 1,5 kg/polybag (30
ton/ha)
D3 = Pemberian pupuk
kandang dengan dosis 2,25 kg/polybag (45 ton/ha)
Dengan demikian
terdapat 12 kombinasi perlakuan antara umur dan dosis pupuk organic asal limbah limosin yang terdiri dari 3 ulangan pokok untuk diamati dan 3 ulangan lagi untuk cadangan:
Sehingga jumlah total terdapat 72 polybag.
U1D0 U1D1 U1D2 U1D3
U2D0 U2D1 U3D2 U2D2
U3D0 U3D1 U3D3 U2D3
Data hasil pengamatan
dianalisa dengan uji F pada taraf 5 %, dan jika menunjukkan pengaruh yang nyata
maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda
Duncan’s (DMRT) pada taraf 5 %.
3.4
Pelaksanaan
Penelitian
3.4.1 Waktu dan Persiapan
awal
Waktu dimulai bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juni 2015, Menyiapkan
alat dan bahan penelitian yang akan dipergunakan termasuk persiapan benih
kacang panjang varietas parade dan Pupuk Organik Asal
Limbah limosin. Dengan umur pupuk 3 bulan, 6 bulan dan 9 bulan.
3.4.2. Persiapan Media Tanam
Tanah diambil
dari tanah pekarangan dan dikeringkan selama 2 hari. Setelah itu tanah tersebut
dicampur dengan pupuk kandang limosin. Pencampuran tersebut disesuaikan dengan Umur
Pupuk Organik Asal Limbah limosin, dan
masing-masing dosis yang telah ditentukan. Setelah semua sesuai dengan
perlakuan maka tanah dan pupuk tersebut dimasukkan ke dalam polybag tanam hitam
ukuran 10 kg. Setelah polybag tanam tersebut siap, maka diatur sesuai dengan
perlakuan, dimana tiap perlakuan terdiri dari 2 polybag, sehingga jumlah polybag
perulangan 36 dan jumlah total 72 polybag. Jarak tanam 50 x 50 cm, jarak antar
perlakuan adalah 50 cm dan jarak antar ulangan 80 cm.
3.4.3. Penanaman
Penanaman kacang
panjang dilakukan dengan cara menanam benih ke dalam media tanam yang telah
dibuat lubang tanam bagian tengahnya kemudian menempatkan 2 benih per lubang,
benih akan tumbuh bibit ± 5 hari kemudian.
3.4.4 Pemeliharaan
Pemeliharaan
tanaman meliputi penyiraman, penyulaman, penyiangan, pemasangan ajir,
pemangkasan, pengendalian gulma, hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan sesuai
dengan kebutuhan, penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari apabila tidak
terdapat hujan atau kondisi tanah telah mengering. Penyulaman dilakukan
seminggu setelah tanam untuk menggantikan benih yang tidak tumbuh atau kurang baik
pertumbuhannya. Penyiangan yaitu pembersihan gulma yang tumbuh disekitar
tanaman. Pemasangan ajir dilakukan agar tanaman kacang panjang tidak merambat
di bawah tanah karena hal ini dapat mengakibatkan kebusukan pada polong,
pemasang ajir dilakukan saat tanaman berukuran tinggi 25 cm atau berumur 7 – 15
HST (hari setelah tanam), ajir dibuat dari bambu yang panjangnya 2 m dengan
cara menancapkan lanjaran sedalam ± 20 cm. Pemangkasan diperlukan apabila
tanaman terlalu subur daunnya, daun dikurangi agar pertumbuhan generatifnya
baik. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara organik dengan
menyemprotkan pestisida nabati dan dilanjutkan dengan menyemprotkan decis
apabila hama bertambah banyak menyerang.
3.4.5 Pemanenan
Tanaman kacang
panjang dapat dipanen apabila polong sudah padat, warnanya hijau
kekuning-kuningan. Pemanenan kacang panjang dilakukan berdasarkan umur panen
yaitu 50-60 hari setelah tanam (HST). Tanaman kacang panjang dapat dipanen
sampai 5 kali panen.
3.5
Parameter
Pengamatan
1. Tinggi tanaman
(cm)
Tinggi tanaman diamati dengan interval 7
hari sekali saat tanaman berumur 7, 14, 21, 28, 35 HST (hari setelah tanam).
Tinggi tanaman diukur dengan cara mengukur tanaman mulai dari pangkal batang (permukaan media tanam) sampai ujung titik tumbuh, dengan
menggunakan meteran/penggaris.
1. Diameter
batang (mm)
Diukur menggunakan jangka sorong
dengan interval 7 hari sekali saat tanaman berumur 7, 14, 21, 28, 35 HST (hari
setelah tanam), dengan cara menyepitkan jangka sorong pada batang tanaman
kacang panjang.
2. Jumlah
daun (helai)
Perhitungan jumlah daun dilakukan
dengan interval 7 hari sekali saat tanaman berumur 7, 21, 28, 35 HST (hari
setelah tanam), dihitung mulai dari daun paling bawah sampai daun teratas yang
telah membuka lebar (pucuk).
3. Jumlah
polong pertanaman (polong)
Jumlah polong pertanaman dihitung
dari jumlah polong pada waktu tiba masa panen
4. Panjang
polong pertanaman (cm)
Panjang polong pertanaman diukur
dari pangkal sampai ujung polong
5. Bobot
segar polong pertanaman (g)
Bobot segar polong pertanaman dilakukan
dengan menimbang polong pada waktu tiba masa panen
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Tinggi Tanaman
Hasil analisa sidik ragam
menunjukkan bahwa perlakuan Umur (U)
berpengaruh tidak nyata pada saat berumur 7 HST, dan berpengaruh nyata pada
saat berumur 14 HST serta berpengaruh sangat nyata saat berumur 21, 28, 35 HST.
Sedangkan perlakuan Dosis Pupuk Organik Asal
Limbah
Limosin (D) berpengaruh tidak nyata. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh
tidak nyata terhadap tinggi tanaman. (Tabel 3)
Tabel
3. Analisa sidik ragam tinggi tanaman (cm) akibat pengaruh Umur
dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin
SK
|
dB
|
F Hitung
|
F Tabel
|
|||||
7 hst
|
14 hst
|
21 hst
|
28 hst
|
35 hst
|
5%
|
1%
|
||
U
|
2
|
0,64 ns
|
4,17
*
|
8,11 **
|
10,2 **
|
8,49 **
|
3,05
|
4,82
|
D
|
3
|
1,52 ns
|
1,11 ns
|
1,92 ns
|
1,11 ns
|
2,43 ns
|
3,44
|
5,72
|
U
X
D
|
6
|
0,48 ns
|
0,89 ns
|
2,00 ns
|
1,33 ns
|
1,14 ns
|
2,55
|
3,76
|
Galat
|
22
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Total
|
35
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Keterangan:
** : berbeda sangat nyata
* : berbeda nyata
ns
: berbeda tidak nyata
Analisa rerata tinggi tanaman
menunjukkan bahwa, perlakuan umur 9 bulan
(U3) memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi saat berumur 14, 21,
dan 28 HST serta umur 35 HST perlakuan umur 6 bulan
(U2) memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi. Sedangkan untuk
perlakuan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata. (Tabel 4)
Tabel
4. Rerata
tinggi tanaman (cm) akibat pengaruh umur dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin saat berumur 14, 21, 28 dan 35 HST.
Perlakuan
|
Rerata Tinggi
Tanaman (cm)
|
|||
14 hst
|
21 hst
|
28 hst
|
35 hst
|
|
U₁
|
52,50 a
|
88,00 a
|
247,88 a
|
466,88 a
|
U₂
|
57,06 a
|
147,38 b
|
407,50 b
|
646,88 b
|
U₃
|
60,56 ab
|
152,75 bc
|
410,75 bc
|
577,38 a
|
BNT 5 %
|
8,03
|
51,18
|
118,29
|
126,40
|
D₀
|
54,58 a
|
130,33 a
|
305,67 a
|
488,50 a
|
D₁
|
57,33 a
|
103,17 a
|
355,17 a
|
571,33 a
|
D₂
|
55,08 a
|
131,67 a
|
375,00 a
|
624,17 a
|
D₃
|
59,83 a
|
152,33 a
|
385,67 a
|
570,83 a
|
BNT 5 %
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT 5%
Bertambahnya tinggi pada tanaman
kacang panjang, dipengaruhi oleh kandungan unsur Nitrogen (N) di dalam tanah.
Karena fungsi N yakni merangsang dan memperbaiki pertumbuhan akar, batang dan
daun.
Pada perlakuan umur 9
bulan (U3) memberikan rerata yang lebih besar sedangkan untuk dosis
terlihat tidak menunjukkan perbedaan yang nyata tetapi pada rerata tinggi
tanaman perlakuan dosis 2,25 kg/polybag (D3) lebih besar daripada
perlakuan dosis yang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan pupuk
kandang yang lebih tua/matang berpengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Dan semakin tinggi dosis pupuk kandang yang diberikan
semakin menjadikan sifat fisik, sifat biologi, maupun sifat kimia tanah menjadi
lebih sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Sarief, 1986).
Sedangkan pada perlakuan umur 3 bulan (U1)
dan perlakuan tanpa dosis menunjukkan rerata terendah, hal ini ditunjukkan
dengan pertumbuhan tanaman yang lambat, kerdil, daun kecil dan percabangan akar
terbatas. Selain itu tidak adanya interaksi antara Umur
dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin
terhadap parameter tinggi tanaman diduga bahwa kedua perlakuan tersebut tidak
saling mempengaruhi satu sama lain. Sutedjo (1987), menyatakan bahwa bila salah
satu faktor lebih kuat pengaruhnya dari faktor lain maka faktor lain tersebut
akan tertutupi dan masing-masing faktor mempunyai sifat yang jauh pengaruhnya
dari sifat kerjanya, maka akan menghasilkan hubungan dalam mempengaruhi
pertumbuhan suatu tanaman.
Menurut Sutedjo, (1995) semakin
tinggi dosis bahan organik yang diberikan maka laju tumbuh tanaman nampak
semakin tinggi, tetapi harus memperhatikan takaran dosis pupuk yang sesuai hal
ini disebabkan bahan organik selain dapat memperbaiki sifat fisika tanah
melalui peningkatan daya sangga air, kandungan air, agregasi dan aerasi, bahan
organik juga dapat memperbaiki sifat kimia tanah diantaranya memperbesar
kapasitas tukar kation dan meningkatkan kelarutan unsur hara dalam tanah
seperti unsur hara NPK sehingga unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
lebih tersedia dan fotosintesis akan meningkat. Tetapi jika dosis yang
diberikan terlalu tinggi tanpa memperhatikan takaran dosis menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sebaliknya pada dosis yang
terlalu rendah menyebabkan pemupukan tidak memberikan hasil yang memuaskan
karena unsur hara yang dibutuhkan tanaman tidak terpenuhi secara optimal.
Selain itu semakin lama umur
pupuk kandang sapi atau semakin matang proses dekomposisinya maka semakin baik
untuk digunakan sebagai media tanam karena dapat memperbaiki pertumbuhan dan
produksi buah kacang panjang. Sebaliknya apabila pupuk kandang sapi yang
digunakan masih dalam keadaan berumur muda atau belum matang maka menyebabkan
pertumbuhan terlambat, layu dan mati. Dan tinggi tanaman dapat dipengaruhi juga
oleh keadaan cuaca artinya bila sinar matahari tidak tercukupi maka proses
fotosintesis tidak berlangsung secara maksimal.
4.2
Diameter Batang
Hasil analisa
sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan umur (U) berpengaruh sangat nyata
terhadap diameter batang pada umur 7, 14, 21, 28, dan 35 HST. Sedangkan
perlakuan dosis pupuk kandang limosin berpengaruh tidak nyata saat berumur 7,
14, dan 21 HST tetapi berpengaruh nyata pada diameter batang saat tanaman
berumur 28 HST serta berpengaruh sangat nyata saat berumur 35 HST. Interaksi
kedua perlakuan ini berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang saat
berumur 14, 21, dan 35 HST serta berpengaruh nyata saat berumur 7 dan 28 HST.
(Tabel 5)
Tabel
5. Analisa
sidik ragam diameter batang (mm) akibat pengaruh Umur dan
Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin
SK
|
dB
|
F Hitung
|
F
Tabel
|
|||||
7 hst
|
14 hst
|
21 hst
|
28 hst
|
35 hst
|
5%
|
1%
|
||
U
|
2
|
8,73 **
|
5,28 **
|
8,24 **
|
12,55 **
|
10,51 **
|
3,05
|
4,82
|
D
|
3
|
0,82 ns
|
1,14 ns
|
1,62 ns
|
4,25 *
|
12,74 **
|
3,44
|
5,72
|
U X D
|
6
|
2,59 *
|
1,68 ns
|
2,14 ns
|
3,26 *
|
1,71 ns
|
2,55
|
3,76
|
Galat
|
22
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Total
|
35
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Keterangan: ** : berbeda sangat nyata
* : berbeda nyata
ns
: berbeda tidak nyata
Pada analisa rerata diameter batang menunjukkan bahwa perlakuan umur 6 bulan (U2) memberikan rerata yang lebih besar saat berumur 14, 21, dan 35 HST daripada perlakuan lain. Sedangkan perlakuan dosis 1,5 kg/polybag (D2) memberikan hasil terbaik pada diameter batang saat berumur 35 HST. Interaksi kedua perlakuan memberikan hasil yang nyata terhadap diameter batang pada perlakuan umur 9 bulan (U3) dan dosis pupuk kandang limosin 2,25 kg/polybag (U3D3) saat tanaman berumur 7 dan 28 HST. (Tabel 6-7)
Tabel
6. Rerata diameter batang (mm) akibat pengaruh Umur dan
Dosis Pupuk Organic Asl Limbah Limosin saat
berumur 14, 21 dan 35 HST.
Perlakuan
|
Rerata Diameter Batang (mm)
|
||
14 hst
|
21 hst
|
35 hst
|
|
U₁
|
9,32 a
|
10,56 a
|
12,98 a
|
U₂
|
10,96 ab
|
12,45 bc
|
14,41 bc
|
U₃
|
10,59 a
|
12,23 b
|
14,20 b
|
BNT 5 %
|
1,53
|
1,45
|
0,99
|
D₀
|
9,74 a
|
11,25 a
|
12,55 a
|
D₁
|
10,08 a
|
11,35 a
|
13,67 b
|
D₂
|
10,73 a
|
12,33 a
|
14,72 cd
|
D₃
|
10,61 a
|
12,05 a
|
14,52 c
|
BNT 5 %
|
-
|
-
|
0,73
|
Keterangan
: Angka
yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada
uji BNT 5%
Tabel 7.Rerata diameter batang (mm) akibat pengaruh Umur dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin saat berumur 7, 28 HST.
Rerata Diameter Batang
|
||
Perlakuan
|
7 hst
|
28 hst
|
U₁D₀
|
2,84 a
|
3,90 a
|
U₁D₁
|
2,64 a
|
4,00 a
|
U₁D₂
|
2,77 a
|
4,23 ab
|
U₁D₃
|
2,54 a
|
3,50 a
|
U₂D₀
|
2,70 a
|
4,17 a
|
U₂D₁
|
3,05 b
|
4,57 b
|
U₂D₂
|
2,84 a
|
4,57 bc
|
U₂D₃
|
3,03 ab
|
4,72 c
|
U₃D₀
|
2,84 a
|
3,98 a
|
U₃D₁
|
2,94 a
|
4,07 a
|
U₃D₂
|
3,07 c
|
4,78 cd
|
U₃D₃
|
3,22 cd
|
4,83 d
|
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji DMRT 5%
Untuk diameter batang tanaman
kacang panjang dipengaruhi oleh kandungan unsur N (Nitrogen), P (Phosfat) dan
unsur K (Kalium) yang ada dalam pupuk kandang limosin. Sehingga diameter batang
bertambah lebih besar dan membentuk batang yang lebih kuat dan berwarna hijau
segar. Untuk rerata diameter batang juga memberikan nilai terbaik pada
perlakuan umur 6 bulan (U2) dan perlakuan
dosis 1,5 kg/polybag (D2) memberikan pengaruh pada umur 35 HST, dan
interaksi perlakuan umur 3 bulan dan dosis 2,25 kg/polybag (U3D3)
memberikan pengaruh nyata pada umur 7 dan 28 HST.
Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang. Pemupukan pada hakekatnya adalah
untuk menambah ketersediaan unsur hara yang diserap tanaman. Apabila
ketersediaan pupuk tersebut terpenuhi
sehingga secara potensial dapat meningkatkan jumlah unsur hara yang diserap
tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya (Goldsorthy dan Fisher, 1997).
Menurut Suriatna (1992) pupuk kandang sapi mempunyai daya menahan air sehingga air tidak langsung mengalir ketempat yang lebih rendah tetapi dapat meresap ke dalam tanah. Sedangkan air mempunyai peran yang penting dalam proses fotosintesis, dengan tersedianya air maka proses fotosintesis akan berlangsung dengan baik dan hasilnya akan meningkat. Hasil fotosintesis tersebut digunakan untuk pertumbuhan vegetatif organ tanaman diantaranya batang.
4.3 Jumlah Daun
Hasil analisa sidik ragam
menunjukkan bahwa perlakuan umur (U) berpengaruh sangat nyata saat berumur 14,
21, 28 dan 35 HST serta berpengaruh tidak nyata saat berumur 7 HST. Perlakuan
Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin (D) berpengaruh
tidak nyata pada jumlah daun saat berumur 7, 14, 21, dan 35 HST tetapi
berpengaruh nyata saat berumur 28 HST. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh
nyata pada jumlah daun saat tanaman berumur 28
HST. (Tabel 8)
Tabel 8. Analisa sidik ragam jumlah daun (helai)
akibat pengaruh Umur dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin.
SK
|
dB
|
F Hitung
|
F Tabel
|
|||||
7 hst
|
14 hst
|
21 hst
|
28 hst
|
35 hst
|
5%
|
1%
|
||
U
|
2
|
0,00 ns
|
10,00 **
|
11,89 **
|
15,71 **
|
7,26 **
|
3,05
|
4,82
|
D
|
3
|
0,00 ns
|
0,92 ns
|
0,14 ns
|
4,17 *
|
2,69 ns
|
3,44
|
5,72
|
U X D
|
6
|
0,00 ns
|
2,14 ns
|
2,06 ns
|
2,60 *
|
2,02 ns
|
2,55
|
3,76
|
Galat
|
22
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Total
|
35
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Keterangan: ** : berbeda sangat nyata
*
: berbeda nyata
Ns
: berbeda tidak nyata
Perlakuan umur 3 bulan (U3)
memberikan rerata jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan perlakuan lain
saat berumur 14 dan 21 HST serta umur 6 bulan
(U2) memberikan rerata jumlah daun yang lebih banyak saat berumur 35
HST. Sedangkan untuk perlakuan Dosis Pupuk Organik Asal
Limbah Limosin
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Untuk interaksi perlakuan umur dan
dosis pupuk kandang limosin memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun
pada perlakuan umur 3 bulan (U3) dan dosis 2,25 kg/polybag (U3D3)
saat tanaman berumur 28 HST. (Tabel 9-10)
Tabel
9. Rerata jumlah daun (helai) akibat pengaruh Umur dan
Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin saat berumur
14, 21 dan 35 HST.
Perlakuan
|
Rerata jumlah daun (helai)
|
||
14 hst
|
21 hst
|
35 hst
|
|
U₁
|
19,00
|
31,13
|
89,63 a
|
U₂
|
23,25
|
39,50
|
113,75 bc
|
U₃
|
25,13
|
41,75
|
113,13 b
|
BNT 5 %
|
4,02
|
6,58
|
20,71
|
D₀
|
22,50 a
|
37,17 a
|
91,50 a
|
D₁
|
22,67 a
|
37,00 a
|
106,67 a
|
D₂
|
23,67 a
|
38,50 a
|
112,33 a
|
D₃
|
21,00 a
|
37,17 a
|
111,50 a
|
BNT 5 %
|
-
|
-
|
-
|
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama
pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT 5%
Tabel
10. Rerata jumlah daun (helai) akibat pengaruh Umur dan
Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin saat berumur 28
HST.
|
Rerata jumlah daun
|
|
Perlakuan
|
28 hst
|
U₁D₀
|
17,67
a
|
U₁D₁
|
20,83
a
|
U₁D₂
|
17,00
a
|
U₁D₃
|
15,50 a
|
U₂D₀
|
19,33
a
|
U₂D₁
|
23,00 ab
|
U₂D₂
|
26,67 cd
|
U₂D₃
|
25,00
c
|
U₃D₀
|
19,17
a
|
U₃D₁
|
24,00
b
|
U₃D₂
|
27,00
d
|
U₃D₃
|
29,17
e
|
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji DMRT 5%
Daun secara umum merupakan organ
penghasil fotosintat utama. Pengamatan jumlah daun sangat diperlukan sebagai
salah satu indikator pertumbuhan yang dapat menjelaskan proses pertumbuhan
tanaman. Pengamatan daun dapat didasarkan atas fungsi daun sebagai penerima
cahaya dan alat fotosintesis.
Pada rerata jumlah daun perlakuan
umur 9 bulan (U3) memberikan rerata
yang lebih banyak saat berumur 14, 21 HST dan umur 6
bulan (U2) memberikan rerata yang lebih besar saat berumur 35 HST.
Sedangkan perlakuan Dosis Pupuk Organik Asal
Limbah Limosin
berpengaruh tidak nyata tetapi yang memberikan rerata yang lebih besar pada
perlakuan 1,5 kg/polybag (D2) lebih besar nilainya tetapi dengan
perlakuan dosis 2,25 kg/polybag juga mampu memberikan hasil yang optimum pada
jumlah daun dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk.
Hal ini dikarenakan pupuk kandang
sapi mengandung unsur nitrogen, fosfor dan kalium yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman. Pupuk Organik Asal Limbah Limosin
mengandung unsur N sebesar 1,61 % yang berfungsi dalam meningkatkan pertumbuhan
vegetatif tanaman untuk memacu pertumbuhan daun, dalam daun berlangsung proses
fotosintesis.
Hasil penelitian pada parameter jumlah daun sesuai dengan referensi yang telah ada sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mei Puspita Sari (2009) yang berjudul Pengaruh Lama Perendaman Dalam Urine Sapi dan Dosis Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan Setek Nilam (Pogostemon cablin, Benth) dalam penelitiannya pada parameter jumlah daun terlihat bahwa pemupukan dengan perlakuan dosis sebanyak 1,5 kg/polybag memberikan hasil rata-rata jumlah daun tertinggi.
Menurut Hidayat dan Rosliani
(1996), unsur N juga berhubungan dengan penggunaan karbohidrat pada tanaman
yang digunakan untuk perkembangan akar, dan batang.
Menurut Sarief (1989) pupuk
kandang sapi mempunyai daya menahan air sehingga air tidak langsung mengalir
ketempat yang lebih rendah tetapi dapat meresap kedalam tanah. Sedangkan air
mempunyai peran yang penting dalam proses fotosintesis, dengan tersedianya air
maka proses fotosintesis akan berlangsung dengan baik dan hasilnya akan
meningkat. Hasil fotosintesis tersebut digunakan untuk pertumbuhan vegetatif
organ tanaman diantaranya batang dan daun.
4.4
Jumlah Polong Per Tanaman
Hasil analisa sidik ragam
menunjukkan bahwa perlakuan umur (U) berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah
polong per tanaman. Serta perlakuan Dosis Pupuk Organik
Asal Limbah Limosin (D) berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per
tanaman. Sedangkan interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata
terhadap jumlah polong per tanaman.
(Tabel 11)
Tabel
11. Analisa sidik ragam jumlah polong per tanaman (polong) akibat pengaruh Umur
dan Dosis Pupuk Organi Asal Limbah Limosin.
SK
|
dB
|
F Hitung
|
F Tabel
|
|
5%
|
1%
|
|||
U
|
2
|
7,33 **
|
3,05
|
4,82
|
D
|
3
|
4,87 *
|
3,44
|
5,72
|
U X D
|
6
|
1,51 ns
|
2,55
|
3,76
|
Galat
|
22
|
-
|
-
|
-
|
Total
|
35
|
-
|
-
|
-
|
Keterangan : ** : berbeda sangat nyata
* : berbeda nyata,
ns : berbeda tidak nyata
Pada
analisa rerata jumlah polong per tanaman menunjukkan bahwa perlakuan umur 9
bulan (U3) memberikan rerata yang lebih banyak saat masa panen yaitu
21,88 polong. Sedangkan perlakuan dosis 1,5 kg/polybag (D2)
memberikan hasil terbaik pada jumlah polong per tanaman saat masa panen yaitu
22,33. (Tabel 12)
Tabel
12. Rerata jumlah polong per tanaman (polong) akibat pengaruh Umur dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin.
Perlakuan
|
Rerata
|
U₁
|
13,75 a
|
U₂
|
21,13 b
|
U₃
|
21,88 bc
|
BNT 5 %
|
6,73
|
D₀
|
13,17 a
|
D₁
|
18,33 b
|
D₂
|
22,33 c
|
D₃
|
21,83 bc
|
BNT 5 %
|
4,98
|
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT 5%
Tanaman kacang panjang mempunyai
kemampuan menghasilkan banyak polong dengan pertumbuhan polong yang
sangat dipengaruhi oleh akumulasi asimilat hasil fotosintesis (Tollenaar (1977 dalam
Goldsworthy dan Fisher, 1997). Hal tersebut menegaskan karena pengaruh
tingkat pemberian pupuk kandang.
Menurut
Musnawar (2003), Jumlah
polong juga dipengaruhi oleh pemberian pupuk kandang sapi karena asimilat
yang dihasilkan melalui proses fotosintesis ditranslokasikan pada polong. Pupuk
Organik Asal Limbah Limosin memiliki kandungan serat yang
tinggi. Serat atau selulosa merupakan senyawa rantai karbon yang akan mengalami
proses dekomposisi lebih lanjut. Proses dekomposisi senyawa tersebut memerlukan
unsur N yang terdapat dalam kotoran. Sehingga kotoran sapi tidak dianjurkan
untuk diaplikasikan dalam bentuk segar, perlu pematangan atau pengomposan
terlebih dahulu. Apabila pupuk diaplikasikan tanpa pengomposan, akan terjadi
perebutan unsur N antara tanaman dengan proses dekomposisi kotoran sehingga
tanaman menjadi layu dan mati.
Oleh karena itu Pupuk Organik Asal Limbah Limosin yang telah matang atau umur pupuk
kandang sudah tua pada perlakuan umur 9 bulan
(U3) dapat memperbaiki produksi polong kacang panjang. Tetapi
semakin matang pupuk kandang atau umur semakin tua maka semakin baik untuk
digunakan.
4.5 Bobot
Segar Polong Per Tanaman
Hasil
analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan Umur (U)
berpengaruh tidak nyata pada parameter bobot segar polong per tanaman dan Dosis
Pupuk Organik Asal Limbah Limosin (D) berpengaruh
nyata terhadap bobot segar polong per tanaman. Tetapi interaksi kedua perlakuan
berpengaruh tidak nyata terhadap bobot segar polong per tanaman. (Tabel 15).
Tabel
15. Analisa sidik ragam bobot segar polong per tanaman (g) akibat pengaruh Umur
dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin.
SK
|
dB
|
F Hitung
|
F Tabel
|
|
5%
|
1%
|
|||
U
|
2
|
1,40 ns
|
3,05
|
4,82
|
D
|
3
|
4,20 *
|
3,44
|
5,72
|
U X D
|
6
|
1,41 ns
|
2,55
|
3,76
|
Galat
|
22
|
-
|
-
|
-
|
Total
|
35
|
-
|
-
|
-
|
Keterangan : ** : berbeda sangat nyata
* : berbeda nyata,
ns : berbeda tidak nyata
Pada hasil analisa rerata bobot
segar polong per tanaman menunjukkan perlakuan Umur (U)
memberikan hasil berpengaruh tidak nyata tetapi rerata terbaik pada perlakuan U3
yaitu sebesar 675,00 g. Sedangkan
perlakuan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin
memberikan rerata tertinggi pada perlakuan dosis 1,5 kg/polybag (D2)
sebesar 721,67 g.
Tabel 16. Rerata bobot segar polong per tanaman (g)
akibat pengaruh Umur
dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin
Perlakuan
|
Rerata
|
U₁
|
566,25 a
|
U₂
|
633,75 a
|
U₃
|
675,00 a
|
BNT 5 %
|
-
|
D₀
|
471,67 a
|
D₁
|
623,33 b
|
D₂
|
721,67 c
|
D₃
|
683,33 bc
|
BNT 5 %
|
139,38
|
.Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama
pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT 5%
Pada
analisa rerata bobot segar polong per tanaman pada perlakuan Umur
(U) tidak berpengaruh nyata terhadap bobot segar, tetapi hasil rerata yang
paling tinggi terdapat pada perlakuan umur 9 bulan
(U3) yaitu seberat 675,00 g. Pada perlakuan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin berpengaruh nyata dan memiliki rerata
tertinggi pada perlakuan 1,5 kg/polybag (D2) yaitu 721,67 g. Hal ini
dikarenakan pemberian dosis sebanyak 1,5 kg/polybag akan mencukupi kebutuhan
tanaman kacang panjang akan nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh dan
berkembang, sehingga bobot segar polong tanaman meningkat.
Panjang
polong yang dihasilkan secara tidak langsung juga dapat mempengaruhi berat
segar polong yang dihasilkan. Semakin panjang polong yang dihasilkan maka
semakin berat pula polong yang dihasilkan.
Produksi tanaman biasanya
dipengaruhi oleh pertumbuhan vegetatifnya. Jika pertumbuhan
vegetatifnya baik dalam hal jumlah daun maka ada kemungkinan produksinya akan
baik pula. Karena asimilat yang dihasilkan oleh tanaman selain
digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan juga disimpan oleh tanaman sebagai
cadangan makanan. Asimilat yang terdapat dalam daun diangkut ke
seluruh tubuh tanaman, yaitu bagian-bagian meristem di titik tumbuh dan ke
buah-buah yang sedang dalam perkembangan. Jika fotosintesis yang dilakukan oleh
tanaman dapat berlangsung dengan optimal maka asimilat yang
dihasilkan akan optimal juga, yang akhirnya akan berpengaruh terhadap ukuran
dan berat polong.
Menurut Sarief (1989) pupuk
kandang mempunyai daya menahan air sehingga air tidak langsung mengalir
ketempat yang lebih rendah tetapi dapat meresap ke dalam
tanah. Sedangkan air mempunyai peran yang penting dalam proses fotosintesis,
dengan tersedianya air maka proses fotosintesis akan berlangsung dengan baik
dan hasilnya akan meningkat. Hasil fotosintesis tersebut digunakan untuk
pertumbuhan vegetatif organ tanaman diantaranya batang dan daun sehingga
mengakibatkan berat buah segar meningkat.
Peningkatan berat polong segar
per tanaman sangat berhubungan dengan keberadaan unsur hara yang ada dan
diserap oleh tanaman. Menurut Harjadi (1994) tingkat tanggapan tanaman terhadap
pupuk sebagian berhubungan dengan kapasitas produksi dari tanah yang ditentukan
oleh ketersediaan hara dan kondisi tanah dalam jangka panjang.
Sitompul dan Guritno (1995)
menambahkan bahwa berat segar tanaman selain ditentukan ukuran organ-organ
tanaman yang dipengaruhi oleh banyaknya timbunan asimilat hasil
fotosintesis juga ditentukan oleh kadar air dari bagian-bagian tanaman itu
sendiri yang diserap oleh akar. Oleh sebab itu adanya perbedaan hasil berat
segar brangkasan dimungkinkan juga dipengaruhi oleh kandungan air dalam organ
tanaman.
Menurut pendapat Rinsema (1986)
bahwa dengan pemberian pupuk yang tepat dalam hal macam, dosis, waktu
pemupukan, dan cara pemberiannya akan dapat mendorong pertumbuhan dan
peningkatan hasil tanaman baik kualitas maupun kuantitas.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Perlakuan
Umur 9 bulan
(U3) memberikan rerata tertinggi terhadap beberapa parameter yaitu tinggi
tanaman saat berumur 14 hst yaitu
60,56 cm, umur 21 hst yaitu 152,72 cm dan umur 28 hst yaitu sebesar 410,75
cm ; terhadap jumlah daun saat berumur 14 hst yaitu 25,13 helai dan saat
berumur 21 hst yaitu 41,75 helai; jumlah polong per tanaman yaitu 21,88 polong;
2. Perlakuan
dosis 1,5 kg/polybag (D2) memberikan hasil yang terbaik terhadap
rerata diameter batang umur 35 HST yaitu 14,72 mm, jumlah polong per tanaman
yaitu 22,33 polong, dan bobot segar polong per tanaman yaitu 721,67 g.
3. Ada interaksi
antara umur dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin yang
dominan utamanya pada perlakuan umur 9
bulan dan dosis 2,25 kg/polybag (U3D3).
DAFTAR
PUSTAKA
Adiningsih,
J.S., D. Setyorini dan Tini Prihatini. 1995. Pengelolaan hara terpadu untuk mencapai produksi pangan yang mantap dan
akrab lingkungan. hlm. 55-69. Dalam
Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian Tanah dan Agroklimat: Makalah
Kebijakan. Bogor, 10-12 Januari 1995. Puslittanak, Bogor.
Anonim
1991. Jenis dan Kandungan Hara pada
Beberapa Kotoran Ternak. Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S)
ANTANAN. Bogor (Tidak dipublikasikan).
Anonim.
1977. Pedoman Bercocok Tanam Padi, Palawija, Sayur-sayuran.
Jakarta: Departemen Pertanian Badan Pengendali Bimas. 280 hal.
Anonim 2012. Teknologi Budidaya Sayuran. Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian.
Jakarta.
Asripah.
2004. Budidaya Kacang Panjang. Azka Press. Jakarta.
Bandini,V.
dan N. Azis. 1997. Bayam. Penebar Swadaya. Jakarta.
Dwi
Setyanigrum, H dan Cahyo Saparinto. 2011. Panen
sayur secara rutin di lahan sempit. Penebar swadaya. Jakarta.
Fachruddin,
L. 2000. Budidaya Kacang-kacangan.
Penerbit Kanisius Yogyakarta.
Goldsworthy, P.R. dan N.M. Fisher. 1997. Fisiologi
Tanaman Budidaya Tropik . Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
874 hal.
Harjadi, S.S. 1994. Pengantar Agronomi. PT Gramedia. Jakarta. 195
hal.
Haryanto,
E., T. Suhartini, dan E. Rahayu. 2003. Budidaya Kacang Panjang. Penebar
Swadaya. Jakarta. 69 hal.
Hidayat,
A. dan R. Rosliani. 1996. Pengaruh
Pemupukan N, P dan K terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah Kultivar
Sumenep. Jurnal Hortikultura 4(2) : 41-47.
Indranada,J.R.
1986. Pengelolaan Kesuburan Tanah. PT. Bina Aksara. Jakarta
Irfan.
1992. Bertanam Kacang Sayur. Jakarta: Penebar Swadaya. 18 hal.
Martodireso,
S. dan W.A. Suryanto. 2001. Terobosan Teknologi Pemupukan dalam Era
Pertanian Organik : Budidaya Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
Pemupukan Organik Hayati. Kanisius. Yogyakarta
Musnawar,
E. I. 2003. Pupuk Organik Padat Pembuatan dan Aplikasi. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Pitojo
S. 2006. Benih Kacang Panjang. Jakarta: Kanisius.
Rinsema, W.T. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan.
Jakarta: Bratara Karya Aksara. 235 hal.
Rukmana,
R. 1995. Bertanam Kacang Panjang. Kanisius. Yogyakarta. 48 hal.
Samadi,Budi.2003.
Usaha Tani Kacang Panjang. Kanisius. Yogyakarta.
Samekto.
R. 2006. Pupuk Kandang. PT. Citra Aji Parama. Yogyakarta.
Sarief.
1989. Konservasi Tanah dan Air. Pustaka Buwana. Bandung.
Sarief,
S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung: PT Pustaka
Buana. 182 hal.
Setiawan,
A. I. 2000. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sitompul dan Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan
Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sugito,
Y.,Yulia W., dan Ellis W. 1995. Sistem
Pertanian Organik. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. 43 hal.
Sunarjono,
H. 2011. Bertanam 30 jenis sayur.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Suriatna,
S. 1992. Pupuk dan Pemupukan. PT Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Sutejo,
M.M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta. 177 hal.
Tan,
K.H. 1993. Environmental Soil Science.
Marcel Dekker. Inc. New York
Widowati,
L.R. 2004. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Agromedia Pustaka. Jakarta.
No comments:
Post a Comment