Friday, November 6, 2015

PENGARUH UMUR DAN DOSIS PUPUK KANDANG LIMOSIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

­ PENGARUH UMUR DAN DOSIS PUPUK KANDANG LIMOSIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
KACANG PANJANG
(Vigna sinensis L.)
EFFECT OF AGE AND DOSE OF FERTILIZER COOP LIMOUSINE PLANT GROWTH AND RESULTS
LONG BEANS
 (Vigna sinensis L.)

LAPORAN PENELITIAN
RESEARCH REPORT
 







Oleh :

Ir. Agus Edi Setiyono, MP.
NIP : 1956090919870606002


Staf Pengajar
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PANCA MARGA
PROBOLINGGO
2015




RINGKASAN
Ir. Agus Edi Setiyono, MP.  Pengaruh Umur dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis. L).
Dosen, Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Panca Marga Probolinggo.
Kata Kunci : Umur Pupuk Organik Asal Limbah Limosin, Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin
Indonesia merupakan sentra penanaman kacang panjang yang mempunyai keanekaragaman genetik yang luas. Pemupukan merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kapasitas produksi tanah. Pemupukan tersebut dapat berupa pupuk organik, pupuk anorganik, ataupun campuran keduanya. Pemupukan yang efektif melibatkan persyaratan kuantitatif dan kualitatif. Pupuk organik mempunyai kemampuan mengubah berbagai faktor dalam tanah, baik yang bersifat negative maupun yang bersifat positif, yang positif menjadi faktor-faktor yang menjamin kesuburan tanah dan mengandung sejumlah unsur hara mikro yang dibutuhkan oleh tanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui pengaruh Umur Pupuk Organik Asal Limbah Limosin terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang. 2) Mengetahui pengaruh Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang. 3) Mengetahui interaksi antara Umur dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang. Hipotesis : 1) Umur Pupuk Organik Asal Limbah Limosin berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang. 2) Pemberian Pupuk Organik Asal Limbah Limosin dengan dosis tertentu berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang. 3) Terjadi interaksi antara Umur dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor yaitu Umur Pupuk Organik Asal Limbah Limosin (U) sebanyak 3 aras perlakuan dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin (D) sebanyak 4 aras dengan 3 ulangan. Apabila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka analisis dilanjutkan Uji Jarak Berganda Duncan’s (DMRT) pada taraf 5 %.
Kesimpulan penelitian ini adalah : 1) Perlakuan umur 3 bulan (U3) memberikan hasil terbaik dalam rerata tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong per tanaman, dan bobot segar polong per tanaman. 2) Perlakuan dosis 1,5 kg/polybag (D2) memberikan hasil yang terbaik terhadap rerata diameter batang, jumlah polong per tanaman, dan bobot segar polong per tanaman. 3) Ada interaksi yang dominan utamnya pada perlakuan U3D3 (Umur 9 bulan dan dosis 2,25 kg/polybag) memberikan hasil terbaik dalam rerata diameter batang dan jumlah daun.


SUMMARY


Keywords: Age Limousine Waste Organic Fertilizer Origin, Origin Organic Fertilizer Dose Waste LimousineIndonesia is the center of the planting of beans that have extensive genetic diversity . Fertilization is one alternative to increase the production capacity of the soil . Fertilization can be either organic fertilizers , inorganic fertilizers , or a mixture of both . Effective fertilization involves quantitative and qualitative terms . Organic fertilizers have the ability to change a variety of factors in the soil , both negative and the positive, positive into the factors that ensure soil fertility and contains a number of micro-nutrients required by plants.


Ir . Agus Edi Setiyono , MP .  Effect of Age and Origin Organic Fertilizer Dose Limousine Against Waste Plant Growth and Yield Long Bean ( Vigna sinensis L )  Lecturer , Department of Agrotechnology Faculty of Agriculture, University of Panca Marga Probolinggo.
This study aims to: 1) Determine the influence of Origin Organic Fertilizer Waste Age limousine on the growth and yield of beans. 2) Determine the influence of Origin Waste Organic Fertilizer Dose Limousine on the growth and yield of beans. 3) Knowing the interaction between age and origin Waste Organic Fertilizer Dosage Limousine on the growth and yield of beans. Hypothesis: 1) Age Origin Organic Fertilizer Waste Limousine significant effect on the growth and yield of beans. 2) Provision of Organic Fertilizer Origin Waste Limousine with a certain dose significantly affected the growth and yield of beans. 3) There was an interaction between age and origin Waste Organic Fertilizer Dosage Limousine on the growth and yield of beans.
This study uses a randomized block design (RAK) factorial by 2 factors: Age Origin Organic Fertilizer Waste Limousine (U) as many as three levels of treatment and dose of Origin Organic Fertilizer Waste Limousine (D) as much as four levels with three replications. If the F test results showed a marked influence the analysis followed Duncan's Multiple Range Test (DMRT) at 5%.
The conclusion of this study are: 1) Treatment of the age of 3 months (U3) gives the best results in the average plant height, number of leaves, number of pods per plant, and the fresh weight of pods per plant. 2) The treatment dose of 1.5 kg / polybag (D2) gives the best results against the average stem diameter, number of pods per plant, and the fresh weight of pods per plant. 3) There is the dominant interaction and staunch the treatment U3D3 (Age 9 months and a dose of 2.25 kg / polybag) gives the best results in the mean diameter of the stem and leaves.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Indonesia merupakan sentra penanaman kacang panjang yang mempunyai keanekaragaman genetik yang luas.  Berdasarkan laporan biro pusat statistik, luas areal tanaman kacang-kacangan di Indonesia merupakan terluas dibandingkan dengan luas areal jenis sayuran lainnya, maka dari itu kacang panjang termasuk sayuran yang banyak dikonsumsi di Indonesia.
Pada tahun 2007 hasil kemampuan produksi bobot polong segar mencapai 5,72 ton/ha, tahun 2008 mengalami penurunan 5,46 ton/ha dan pada tahun 2009 sebesar 5,77 ton/ha. Kemampuan produksi tersebut masih rendah dibandingkan potensi hasil yang sesungguhnya mencapai 20 ton/ha. Jadi sangat penting adanya usaha-usaha dalam peningkatan produksi kacang panjang. Tanah sebagai salah satu faktor produksi pertanian mempunyai fungsi fisika, biologi, maupun kimia yang menentukan kesuburan. Keberhasilan dan jumlah unsur hara maupun air yang diserap tanaman sangat tergantung pada ketersediaan unsur-unsur tersebut di dalam tanah sebagai media tumbuh (Rukmana, 1995).
Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) sudah lama dibudidayakan oleh orang Indonesia. Sebenarnya kacang panjang berasal dari India dan Afrika. Kemudian menyebar penanamannya ke daerah-daerah Asia Tropika hingga ke Indonesia. Tanaman ini mudah tumbuh dengan baik diberbagai jenis tanah, baik tanah sawah, tanah tegalan bahkan tanah pekarangan rumah.
Kacang panjang bersifat dwiguna, artinya sebagai sayuran polong dan sebagai penyubur tanah. Tanaman sebagai penyubur tanah karena pada akar-akarnya terdapat bintil-bintil bakteri Rhizobium sp.. Bakteri tersebut berfungsi mengikat nitrogen bebas dari udara. Maka dari itu kacang panjang banyak di tanam oleh petani di pematang sawah baik monokultur maupun sebagai tanaman sela (Sunarjono, 2003).
Sebagai sayuran polong, kacang panjang mengandung protein cukup tinggi, yaitu 22,3% dalam biji kering, 4,1% pada daun, dan 27% pada polong muda (Haryanto, dkk., 2003). Menurut Irfan (1992), bahwa setiap 100 g berat kacang panjang terkandung antara lain protein 2,7 g; lemak 1,3 g; hidrat arang 7,8 g; dan menghasilkan 34 kg kalori.
Pemupukan merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kapasitas produksi tanah. Pemupukan tersebut dapat berupa pupuk organik, pupuk anorganik, ataupun campuran keduanya. Pemupukan yang efektif melibatkan persyaratan kuantitatif dan kualitatif. Persyaratan kuantitatifnya adalah dosis pupuk, sedangkan persyaratan kualitatifnya meliputi unsur hara yang diberikan dalam pemupukan relevan dengan masalah nutrisi yang ada, waktu pemupukan dan penempatan pupuk tepat, unsur hara dapat diserap tanaman, tanaman dapat menggunakan unsur hara yang diserap untuk meningkatkan produksi dan kualitasnya (Indranada, 1986).
Menurut Sutejo (1995), penggunaan pupuk organik biasanya ditujukan untuk memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah. Walaupun kandungan unsur hara dalam pupuk organik relatif lebih kecil dibanding pupuk anorganik namun bila sifat fisik menjadi baik maka sifat kimia tanah pun akan berubah. Pupuk organik dapat menambah kandungan bahan organik tanah dan memperbaiki sifat fisik maupun biologi tanah. Terhadap tanah, bahan organik dapat meningkatkan kemantapan agregat, infiltrasi, daya menahan air, meningkatkan jumlah pori makro dan mikro serta merupakan sumber energi bagi kegiatan biologis tanah. Lebih lanjut pengaruh pupuk tersebut akan lebih berhasil guna bagi tanaman apabila memperhatikan dosis, macam dan waktu pemberian.
Secara umum pupuk organik sangat baik diberikan dalam budidaya tanaman kacang panjang sebab untuk tumbuh dan berproduksi tinggi kacang panjang membutuhkan tanah berdebu, kaya akan hara tanaman dan humus. Salah satu penyebab adalah karena dari pupuk organik selain sebagai sumber unsur hara juga karena mengandung humus sehingga tanah tidak akan cepat kering. Untuk lahan-lahan di Indonesia, pupuk organik umumnya diberikan 1 minggu sebelum tanam bersamaan waktu pengolahan tanah sebagai pupuk dasar sebanyak 10 ton/ha dengan cara dibenamkan sedalam 10 cm (Anonim, 1977).
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Umur dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) ”.
1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.       Berapakah umur Pupuk Organik Asal Limbah Limosin yang berpengaruh paling tepat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.)?
2.       Berapakah dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin yang berpengaruh paling tepat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.)?
3.      Apakah terjadi interaksi antara umur dan dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.)?
1.3    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan dalam penelitian ini adalah untuk :
1.        Mengetahui pengaruh umur Pupuk Organik Asal Limbah Limosin terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.)
2.     Mengetahui pengaruh dosis pupuk organik limbah limosin terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.)
3.         Mengetahui interaksi antara umur dan dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.)
4.          
1.4    Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan akan diperoleh dari penelitian ini adalah:
1.       Bagi peneliti, diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru serta pembelajaran tentang pengaruh umur dan dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin pada tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.)
2.      Bagi fakultas diharapkan dapat menjadi tambahan khasanah intelektual serta sebagai acuan dan landasan penelitian penelitian selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1      Kacang Panjang
Sayuran dalam kehidupan manusia sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan gizi, karena sayuran merupakan salah satu sumber mineral dan vitamin yang sangat dibutuhkan manusia. Konsumsi sayuran pada saat ini sudah mulai meningkat, karena mulai adanya kesadaran bahwa dengan mengkonsumsi sayuran berarti hidup akan bertambah sehat. Kacang panjang merupakan salah satu sayuran yang sangat digemari oleh berbagai kalangan masyarakat dengan jumlah produksi yang cukup besar. Sayuran kacang panjang juga mudah diperoleh di pasar tradisional maupun pasar swalayan. Pendayagunaan kacang panjang sangat beragam yakni dihidangkan untuk berbagai masakan mulai dari bentuk mentah sampai olahan (Asripah, 2004).
Kebutuhan sayur-sayuran akan semakin meningkat seiring dengan semakin pedulinya masyarakat akan makanan yang sehat dan berimbang. Kacang panjang sebagai salah satu jenis dari sayur-sayuran dapat menjadi pilihan yang mudah untuk sebagian masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi kacang panjang pada tahun 2006 yang diperkirakan sebesar 2,66 kg/kapita/tahun, yang berarti diperlukan kacang panjang sebanyak 492.000 ton/tahun BPS (2007). Akan tetapi, berdasarkan data BPS (2007) produktivitas kacang panjang baru mencapai sekitar 354.000 ton/tahun.
Tanaman kacang panjang merupakan tanaman perdu semusim. Tanaman ini berbentuk perdu yang tumbuhnya menjalar atau merambat. Jarak tanam untuk tanaman kacang panjang adalah 50 cm x 50 cm, 45 cm x 50 cm, 50 cm x 60 cm, dan 50 cm x 30 cm tergantung dari varietas yang akan ditanam, misalnya, varietas putih super dan hijau super, jarak tanam yang digunakan 50 cm x 50 cm, untuk varietas biji hitam jarak tanam yang digunakan 45 cm x 50 cm, untuk varietas lurik super dan varietas merah putih super, jarak tanamnya 50 cm x 60 cm. sedangkan varietas local, jarak tanamnyanya 50 cm x 30 cm atau 40 cm x 60 cm.
2.2      Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang
Menurut Haryanto (2003), tanaman kacang panjang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kerajaan      : Plantae
Divisi           : Spermatophyta
Kelas            : Angiospermae
Sub kelas     : Dicotyledonae
Ordo             : Rosales
Famili           : Leguminoceae
Genus           : Vigna
Spesies         : Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk
 Vigna sinensis ssp. Sesquipedalis


2.2.1. Botani Tanaman Kacang Panjang
a.                  Akar
Perakaran tanaman kacang panjang yaitu tunggang dan serabut. Akar tunggang tumbuh lurus ke dalam hingga mencapai kedalaman 30 cm. Akar serabut tumbuh ke arah samping (horizontal). Akar tanaman kacang panjang memiliki bintil-bintil akar yang berfungsi sebagai pengikat nitrogen (N) bebas dari udara.
b.                  Batang
Tanaman kacang panjang merupakan tanaman semak dengan tipe tumbuh menjalar. Menurut Haryanto (2003) batang tanaman kacang panjang memiliki ciri-ciri liat, tidak berambut, berbentuk bulat, panjang dengan diameter 0,6 – 1 cm.
c.                   Daun
Daun majemuk, lonjong, panjang 6 – 8 cm, lebar 3-4,5 cm. Tepi rata, pangkal membulat, ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai silindris, panjang kurang lebih 4 cm, dan berwarna hijau.
d.                   Bunga
Bunga kacang panjang termasuk bunga sempurna, yakni dalam satu bunga terdapat kelamin betina dan kelamin jantan. Bunga terdiri atas tangkai bunga, kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari dan putik. Mahkota bunga berjumlah empat helai yaitu 2 helai bagian luar yang lebih besar daripada bagian dalam. Bunga kacang panjang berbentuk kupu-kupu , warna mahkota bunga bervariasi dari putih, kuning, biru, dan ungu. Bunga akan mekar setelah terjadi pembuahan.
e.                  Buah
Buah berbentuk polong dengan panjang polong sekitar 30-80 cm bahkan lebih. Warna polong beragam ada yang hijau keputih-putihan, hijau, merah, atau kemerah-merahan. Warna biji beragam, ada yang putih, merah keputih-putihan, coklat dan hitam. Pada satu polong biasanya terdapat 15 biji atau lebih.

2.3      Syarat Tumbuh
Menurut Anonim (1977) syarat tumbuh tanaman kacang panjang yaitu :
2.3.1      Iklim
Unsur-unsur iklim yang perlu diperhatikan dalam pertumbuhan tanaman antara lain ketinggian tempat, sinar matahari, dan curah hujan. Kacang panjang dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah dan dataran tinggi dengan ketinggian 0-1500 m dari permukaan laut (dpl), tetapi yang paling baik pada ketinggian kurang lebih 800 m dpl.
Penanaman di dataran tinggi, umur panen relatif lama, tingkat produksi maupun produktivitasnya lebih rendah bila dibanding dengan dataran rendah. Ketinggian tempat berkaitan erat dengan suhu, yang merupakan faktor penting bagi tanaman. Suhu idealnya antara 20°C - 30°C. Dengan curah hujan antara 600-1500 mm/tahun, kelembaban udara 60-80 %.

2.3.2   Tanah
Hampir semua jenis tanah cocok untuk budidaya kacang panjang, namun yang paling baik adalah tanah latosol atau lempung berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan drainasenya baik.
Untuk pertumbuhan yang optimum, diperlukan derajat keasaman (pH) tanah antara 5,5-6,5. Bila pH di bawah 5,5 dapat menyebabkan tanaman tumbuh kerdil karena teracuni garam aluminium (Al) yang larut dalam tanah (Haryanto, 2003). Dan bila pH terlalu basa (di atas pH 6,5) menyebabkan pecahnya nodula-nodula akar (Anonim, 2012).
2.4      Kandungan Gizi Kacang Panjang
Menurut Haryanto (2003), kacang panjang penting sebagai sumber vitamin dan mineral. Sayur ini banyak mengandung vitamin A, vitamin B, dan vitamin C terutama pada polong muda.
Bijinya banyak mengandung protein, lemak dan karbohidrat. Dengan demikian, komoditi ini merupakan sumber protein nabati yang cukup potensial. Pada tabel 1 berikut diuraikan kandungan gizi pada polong, biji, dan daun kacang panjang.


Tabel 1 Komposisi Zat Gizi Kacang Panjang Per 100 gr Bahan
Jenis Zat Gizi
Polong
Biji
Daun
Kalori (kal)
44,00
357,00
34,00
Karbohidrat (g)
7,80
70,00
5,80
Lemak (g)
0,30
1,50
0,40
Protein (g)
2,70
17,30
4,10
Kalsium (mg)
49,00
163,00
134,00
Fosfor (mg)
347,00
437,00
145,00
Besi (mg)
0,70
6,90
6,20
Vitamin A (SI)
335,00
0
5240,00
Vitamin B (mg)
0,13
0,57
0,28
Vitamin C (mg)
21,00
2,00
29,00
Air (g)
88,50
12,20
88,30
Bagian dapat dimakan (%)
75,00
100,00
65,00
Sumber : Daftar komposisi bahan makanan, Depkes 1990 dalam Haryanto 2007

2.5      Bahan Organik
Bahan organik merupakan bahan penting dalam membentuk kesuburan tanah. Bahan organik tanah biasanya menyusun sekitar 5 % bobot total tanah. Meskipun hanya sedikit, akan tetapi bahan organik memegang peranan penting dalam menentukan kesuburan tanah. Sebagai media tumbuh bahan organik juga berpengaruh secara langsung terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman serta mikrobia tanah yaitu sebagai sumber energi, hormon, vitamin dan senyawa perangsang tumbuh lainnya. Bahan organik mempunyai peranan penting terhadap sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanah adalah :
a.     Mempengaruhi warna tanah menjadi coklat sampai hitam.
b.     Merangsang granulasi agregat dan memantapkannya.
c.     Menurunkan plastisitas dan kohesi tanah.
d.     Memperbaiki sruktur tanah menjad lebih remah
e.  Meningkatkan kapasitas memegang air sehingga drainase tidak berlebihan, kelembaban, dan temperatur tanah menjadi stabil.

Pengaruh bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah :
a)    Bagian yang mudah terurai dari proses mineralisasi bahan organik akan menyumbangkan sejumlah ion-ion hara tersedia bagi tanaman.
b)    Selama proses terdekomposisi sejumlah hara tersedia akan di akumulasikan ke dalam sel-sel mikroba.

Bahan organik juga berpengaruh terhadap sifat biologi tanah yaitu :
a)    Sebagai sumber energi dan hara bagi jasad biologis tanah.
b)    Meningkatkan jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah.
c)     Meningkatkan kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik.

2.6.    Pupuk Kandang Sapi (Pupuk Organik Asal Limbah lemosin)
Pupuk kandang (pukan) didefinisikan sebagai semua produk buangan atau limbah dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah. Susunan kimia pupuk kandang berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain tergantung dari macam makan ternak, umur ternak, keadaan hewan, sifat dan jumlah amparan, cara mengurus, dan penyimpanan pupuk sebelum dipakai.
Manfaat dari penggunaan pupuk kandang telah diketahui berabad-abad lampau bagi pertumbuhan tanaman, baik pangan, ornamental, maupun perkebunan. Yang harus mendapat perhatian khusus dalam penggunaan pupuk kandang adalah kadar haranya yang sangat bervariasi.
Pupuk kandang yang akan digunakan sebagai media tanam harus yang sudah matang dan steril, hal itu ditandai dengan warna pupuk yang hitam pekat. Pemilihan pupuk kandang yang sudah matang bertujuan untuk mencegah munculnya bakteri atau cendawan yang dapat merusak tanaman (Widowati, 2004).
Pupuk kandang mempunyai kemampuan mengubah berbagai faktor dalam tanah, sehingga menjadi faktor-faktor yang menjamin kesuburan tanah dan mengandung sejumlah unsur hara mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Jenis kotoran hewan yang umum digunakan adalah kotoran ayam, sapi, kambing, kuda, kerbau, dan kelinci. Diantara jenis pupuk kandang, pupuk kandang sapilah yang mempunyai kadar serat yang tinggi seperti selulosa, hal ini terbukti dari hasil pengukuran parameter C/N rasio yang cukup tinggi >40. Tingginya kadar C dalam pukan sapi menghambat penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan menekan pertumbuhan tanaman utama. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba dekomposer akan menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan organik tersebut sehingga tanaman utama akan kekurangan N. Untuk memaksimalkan penggunaan pukan sapi harus dilakukan pengomposan agar menjadi kompos pukan sapi dengan rasio C/N di bawah 20.
Pupuk kandang sapi merupakan pupuk kandang padat yang banyak mengandung air dan lendir. Kandungan pupuk kandang sapi dalam tiap ton adalah 85 % H2O, 2,2-2,6 % N, 0,26-0,45 % P, 0,13-1,37 % K.
Keunggulan pupuk kandang atau pupuk organic dibandingkan dengan pupuk kimia yaitu pupuk kandang banyak mengandung jasad mikro, kelembaban dan kadar hara yang sangat beragam, membantu menetralkan pH tanah, membantu menetralkan racun akibat adanya logam berat dalam tanah, memperbaiki struktur tanah menjadi lebih gembur, mempertinggi porositas tanah, dan secara langsung meningkatkan ketersediaan air tanah, membantu mempertahankan suhu tanah sehingga fluktuasinya tidak tinggi.
Sapi Limosin merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang di Perancis. Karakteristik Sapi Limosin adalah pertambahan badan yang cepat perharinya sekitar 1,1 kg, tinggi mencapai 1,5 m, bulu tebal yang menutupi seluruh tubuh warnanya mulai dari kuning sampai merah keemasan, tanduknya berwarna cerah, bobot lahir tergolong kecil sampai medium (sapi betina dewasa mencapai 575 kg dan pejantan dewasa mencapai berat 1100 kg), fertilitasnya cukup tinggi, mudah melahirkan, mampu menyusui, dan mengasuh anak dengan baik serta pertumbuhannya capat (Blakely dan Bade, 1994). Sapi Limosin dapat berproduksi secara optimal pada daerah yang beriklim temperatur dengan suhu antara 4—150C dengan mendapat hijauan serta konsentrat yang bernilai tinggi. Jenis pakan ternak sapi Limosin hampir sama dengan jenis pakan ternak sapi biasa, tetapi untuk jenis pakan ternak sapi Limosin yaitu meliputi :
a.    Pakan hijauan
Pakan hijauan meliputi rumput gajah, pucuk jagung, daun petai-petain
b.     Pakan Konsentrat
Konsentrat adalah campuran dari beberapa bahan pakan untuk melengkapi kekurangan gizi dari hijauan pakan ternak. Bahan pakan konsentrat yang diberikan antara lain : dedak padi, bungkil kelapa, jagung giling, bungkil kacang tanah, ampas tahu, ampas kecap, tetes dan lain-lain.

2.7      Dosis Pupuk Kandang (Pupuk Organik Asal Limbah Organik)
Dosis pemberian pupuk kandang dibandingkan dengan pupuk buatan memang agak sulit ditentukan, hal ini disebabkan untuk lokasi yang berbeda, jenis tanah berbeda, kandungan haranya berbeda pula sehingga dalam penggunaan memerlukan dosis yang berbeda pula.
Sifat dan ciri pupuk kandang dibandingkan dengan pupuk buatan adalah : (1) lebih lambat bereaksi, karena sebagian besar zat-zat makanan masih mengalami berbagai perubahan terlebih dahulu sebelum diserap tanaman, (2) mempunyai efekresidu, yaitu haranya dapat berangsur-angsur menjadi bebas dan tersedia bagi tanaman, umumnya efek ini masih menguntungkan 3-4 tahun setelah perlakuan, walaupun pada kenyataanya pengaruh cadangan tersebut tidak begitu nyata. Dapat dipastikan bahwa pemupukan dengan pupuk kandang secara teratur, lambat laun akan membentuk cadangan unsur hara di dalam tanah tersebut dan (3) dapat memperbaiki struktur dan menambah bahan organik (Setiawan, 2000).
Pemupukan yang efektif melibatkan persyaratan kuantitatif dan kualitatif. Persyaratan kuantitatif adalah dosis pupuk, sedangkan persyaratan kualitatif meliputi paling tidak empat hal : 1. Unsur hara yang diberikan dalam pemupukan relevan dengan masalah nutrisi yang ada, 2. waktu pemupukan dan penempatan pupuk tepat, 3. Unsur hara yang berada pada waktu dan tempat yang tepat dapat diserap oleh tanaman dan 4. Unsur hara yang diserap digunakan oleh tanaman untuk meningkatkan hasil / produksi dan kualitasnya.  Dosis pupuk kandang adalah jumlah pupuk kandang yang digunakan tiap satuan luas atau tiap tanaman dalam satu kali aplikasi pemupukan atau lebih (Indranada, 1986).
Pemberian pupuk kandang dalam tanaman semusim seperti palawija, sayuran, buah-buahan, biasanya diberikan sebagai pupu dasar dengan dosis yang digunakan sebanyak 10 ton/ha. Sedangkan pupuk kandang yang diberikan pada bawang merah yaitu 10 ton/ha, untuk tanaman cabai 15 ton/ha, kentang 20 ton/ha (Setiawan, 2000) .

2.8      Penelitian Terdahulu
Penggunaan pupuk kandang sebagai media tanam kacang panjang sangatlah menjanjikan untuk terus dikembangkan, hal ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pardono (2007) yang berjudul Pengaruh Pupuk Organik Air Kencing Sapi dan Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.), menunjukkan hasil bahwa pupuk organik kotoran sapi (pupuk kandang). berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang, semakin tinggi dosis semakin tinggi hasilnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mei Puspita Sari (2009) yang berjudul Pengaruh Lama Perendaman Dalam Urine Sapi dan Dosis Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan Setek Nilam (Pogostemon cablin, Benth) dalam penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian dengan RAL Faktorial (Rancangan Acak Lengkap) dengan 2 faktor yang terdiri dari lama perendaman urine sapi dan dosis pupuk kandang sapi dimana dosis pupuk kandang sapi terdiri dari 4 taraf yaitu tanpa pupuk kandang, dosis pupuk kandang 10 ton/ha (0,5 kg/polybag), dosis pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha (1 kg/polybag) dan 30 ton/ha (1,5 kg/polybag) sehingga didapat kesimpulan bahwa pemberian pupuk kandang sebanyak 30 ton/ha (1,5 kg/polybag) memberikan hasil tertinggi pada variabel pengamatan dan terendah pada taraf kontrol.

2.9      Hipotesis
Adapun hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.  Umur Pupuk Organik Asal Limbah Limosin dapat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.)
2. Pemberian Pupuk Organik Asal Limbah Limosin dengan dosis tertentu dapat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.)
3.  Terjadi interaksi antara umur dan dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.)

Tabel 2. Kandungan hara beberapa pukan(PupukKandang)
Sumber Pukan
N
P
K
Ca
Mg
S
Fe

Ppm
Sapi perah
0,53
0,35
0,14
0,28
0,11
0,05
0,004
Sapi daging (Limo sin, brangos, bali, brahman)
0,65
0,15
0,30
0,12
0,10
0,09
0,004
Kuda
0,70
0,10
0,58
0,79
0,14
0,07
0,010
Unggas
1,50
0,77
0,89
0,30
0,88
0,00
0,100
Domba
1,28
0,19
0,93
0,59
0,19
0,09
0,020
















Sumber: Tan (1993)

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Purnama, Kecamatan Tegalampel Kabupaten Bondowoso, yang berada pada ketinggian  ± 397 m di atas permukaan laut (dpl), curah hujan 3958 mm/tahun dan jenis tanah Latosol. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, dimulai bulan Januari–Maret 2015.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi cangkul, polybag hitam ukuran 10 kg, timbangan, ayakan, meteran, jangka sorong, sabit/parang, timba, handsprayer, gunting, cetok, kertas label, papan penelitian, dan alat tulis.
Sedangkan bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi benih kacang panjang (Varietas parade), Pupuk Organik Asal Limbah Limosin, air, tanah, bambu.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor yaitu umur pupuk kandang limosin sebanyak 3 taraf perlakuan dan dosis pupuk organik asal limbah limosin sebanyak 4 taraf perlakuan, dengan 3 kali ulangan.
Model liniernya sebagai berikut :
ϒijk = μ + αi + βi + γk + (αβ) ij + εijk

Keterangan :
ϒijk     =    Nilai-nilai pengamatan hasil percobaan
μ           =    Nilai rerata (mean) harapan
αi         =    Pengaruh umur pada taraf ke-i
βi         = Pengaruh dosis pupuk kandang limosin pada taraf ke-j
γk        =    Pengaruh ulangan pada taraf ke-k
(αβ) ij = Pengaruh umur (αi) dan dosis pupuk kandang limosin (βi)
Εijk    =    Galat percobaan
Faktor I adalah Umur Pupuk Organik Asal Limbah Limosin (U) yang terdiri dari 3 taraf, yaitu :
U1 = Umur 3 bulan
U2 = Umur 6 bulan
U3 = Umur 9 bulan
Faktor II adalah Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin (D) yang terdiri dari 4 taraf yaitu :
D0     =    Tanpa pupuk kandang
D1     =    Pemberian pupuk kandang dengan dosis 0,75 kg/polybag (15 ton/ha)
D2     =    Pemberian pupuk kandang dengan dosis  1,5 kg/polybag (30 ton/ha)
D3     =    Pemberian pupuk kandang dengan dosis 2,25 kg/polybag (45 ton/ha)

Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan antara umur dan dosis pupuk organic asal limbah limosin yang terdiri dari 3 ulangan pokok untuk diamati dan 3 ulangan lagi untuk cadangan: Sehingga jumlah total terdapat 72 polybag.

U1D0          U1D1       U1D2      U1D3

U2D0          U2D1       U3D2      U2D2

U3D0          U3D1       U3D3      U2D3

Data hasil pengamatan dianalisa dengan uji F pada taraf 5 %, dan jika menunjukkan pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan’s (DMRT) pada taraf 5 %.



3.4    Pelaksanaan Penelitian
3.4.1  Waktu dan Persiapan awal
Waktu dimulai bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juni 2015, Menyiapkan alat dan bahan penelitian yang akan dipergunakan termasuk persiapan benih kacang panjang varietas parade dan Pupuk Organik Asal Limbah limosin. Dengan umur pupuk 3 bulan, 6 bulan dan 9 bulan.
3.4.2.   Persiapan Media Tanam
Tanah diambil dari tanah pekarangan dan dikeringkan selama 2 hari. Setelah itu tanah tersebut dicampur dengan pupuk kandang limosin. Pencampuran tersebut disesuaikan dengan Umur Pupuk Organik Asal Limbah limosin, dan masing-masing dosis yang telah ditentukan. Setelah semua sesuai dengan perlakuan maka tanah dan pupuk tersebut dimasukkan ke dalam polybag tanam hitam ukuran 10 kg. Setelah polybag tanam tersebut siap, maka diatur sesuai dengan perlakuan, dimana tiap perlakuan terdiri dari 2 polybag, sehingga jumlah polybag perulangan 36 dan jumlah total 72 polybag. Jarak tanam 50 x 50 cm, jarak antar perlakuan adalah 50 cm dan jarak antar ulangan 80 cm.

3.4.3. Penanaman
Penanaman kacang panjang dilakukan dengan cara menanam benih ke dalam media tanam yang telah dibuat lubang tanam bagian tengahnya kemudian menempatkan 2 benih per lubang, benih akan tumbuh bibit ± 5 hari kemudian.

3.4.4   Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyulaman, penyiangan, pemasangan ajir, pemangkasan, pengendalian gulma, hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan sesuai dengan kebutuhan, penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari apabila tidak terdapat hujan atau kondisi tanah telah mengering. Penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam untuk menggantikan benih yang tidak tumbuh atau kurang baik pertumbuhannya. Penyiangan yaitu pembersihan gulma yang tumbuh disekitar tanaman. Pemasangan ajir dilakukan agar tanaman kacang panjang tidak merambat di bawah tanah karena hal ini dapat mengakibatkan kebusukan pada polong, pemasang ajir dilakukan saat tanaman berukuran tinggi 25 cm atau berumur 7 – 15 HST (hari setelah tanam), ajir dibuat dari bambu yang panjangnya 2 m dengan cara menancapkan lanjaran sedalam ± 20 cm. Pemangkasan diperlukan apabila tanaman terlalu subur daunnya, daun dikurangi agar pertumbuhan generatifnya baik. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara organik dengan menyemprotkan pestisida nabati dan dilanjutkan dengan menyemprotkan decis apabila hama bertambah banyak menyerang.

3.4.5  Pemanenan
Tanaman kacang panjang dapat dipanen apabila polong sudah padat, warnanya hijau kekuning-kuningan. Pemanenan kacang panjang dilakukan berdasarkan umur panen yaitu 50-60 hari setelah tanam (HST). Tanaman kacang panjang dapat dipanen sampai 5 kali panen.
3.5    Parameter Pengamatan
1.     Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diamati dengan interval 7 hari sekali saat tanaman berumur 7, 14, 21, 28, 35 HST (hari setelah tanam). Tinggi tanaman diukur dengan cara mengukur tanaman mulai dari pangkal batang (permukaan media tanam) sampai ujung titik tumbuh, dengan menggunakan meteran/penggaris.
1.     Diameter batang (mm)
Diukur menggunakan jangka sorong dengan interval 7 hari sekali saat tanaman berumur 7, 14, 21, 28, 35 HST (hari setelah tanam), dengan cara menyepitkan jangka sorong pada batang tanaman kacang panjang.
2.     Jumlah daun (helai)
Perhitungan jumlah daun dilakukan dengan interval 7 hari sekali saat tanaman berumur 7, 21, 28, 35 HST (hari setelah tanam), dihitung mulai dari daun paling bawah sampai daun teratas yang telah membuka lebar (pucuk).
3.     Jumlah polong pertanaman (polong)
Jumlah polong pertanaman dihitung dari jumlah polong pada waktu tiba masa panen
4.     Panjang polong pertanaman (cm)
Panjang polong pertanaman diukur dari pangkal sampai ujung polong
5.     Bobot segar polong pertanaman (g)
Bobot segar polong pertanaman dilakukan dengan menimbang polong pada waktu tiba masa panen

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tinggi Tanaman

Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan Umur (U) berpengaruh tidak nyata pada saat berumur 7 HST, dan berpengaruh nyata pada saat berumur 14 HST serta berpengaruh sangat nyata saat berumur 21, 28, 35 HST. Sedangkan perlakuan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin (D) berpengaruh tidak nyata. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman. (Tabel 3)

Tabel 3. Analisa sidik ragam tinggi tanaman (cm) akibat pengaruh Umur dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin

SK
dB


F Hitung

     F Tabel


7 hst
14 hst
21 hst
28 hst
35 hst
5%
1%
U
2
0,64 ns
4,17   *
8,11 **
10,2 **
8,49 **
3,05
4,82
D
3
1,52 ns
1,11 ns
1,92 ns
1,11 ns
2,43 ns
3,44
5,72
U
 X
 D
6
0,48 ns
0,89 ns
2,00 ns
1,33 ns
1,14 ns
2,55
3,76
Galat
22
-
-
-
-
-
-
-
Total
35
-
-
-
-
-
-
-
Keterangan: ** : berbeda sangat nyata
                       * : berbeda nyata
                         ns : berbeda tidak nyata

Analisa rerata tinggi tanaman menunjukkan bahwa, perlakuan umur 9 bulan (U3) memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi saat berumur 14, 21, dan 28 HST serta umur 35 HST perlakuan umur 6 bulan (U2) memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi. Sedangkan untuk perlakuan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. (Tabel 4)

Tabel 4.  Rerata tinggi tanaman (cm) akibat pengaruh umur dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin saat berumur 14, 21, 28 dan 35 HST.

Perlakuan
                 Rerata Tinggi Tanaman (cm)

14 hst
21 hst
28 hst
35 hst
U
52,50 a
88,00 a
247,88 a
466,88 a
U
57,06 a
147,38 b
407,50 b
646,88 b
U
60,56 ab
152,75 bc
410,75 bc
577,38 a
BNT 5 %
8,03
51,18
118,29
126,40
D
54,58 a
130,33 a
305,67 a
488,50 a
D
57,33 a
103,17 a
355,17 a
571,33 a
D
55,08 a
131,67 a
375,00 a
624,17 a
D
59,83 a
152,33 a
385,67 a
570,83 a
BNT 5 %
-
-
-
-













Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT 5%

Bertambahnya tinggi pada tanaman kacang panjang, dipengaruhi oleh kandungan unsur Nitrogen (N) di dalam tanah. Karena fungsi N yakni merangsang dan memperbaiki pertumbuhan akar, batang dan daun.
Pada perlakuan umur 9 bulan (U3) memberikan rerata yang lebih besar sedangkan untuk dosis terlihat tidak menunjukkan perbedaan yang nyata tetapi pada rerata tinggi tanaman perlakuan dosis 2,25 kg/polybag (D3) lebih besar daripada perlakuan dosis yang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang yang lebih tua/matang berpengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dan semakin tinggi dosis pupuk kandang yang diberikan semakin menjadikan sifat fisik, sifat biologi, maupun sifat kimia tanah menjadi lebih sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Sarief, 1986). Sedangkan pada perlakuan umur 3 bulan (U1) dan perlakuan tanpa dosis menunjukkan rerata terendah, hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan tanaman yang lambat, kerdil, daun kecil dan percabangan akar terbatas. Selain itu tidak adanya interaksi antara Umur dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin terhadap parameter tinggi tanaman diduga bahwa kedua perlakuan tersebut tidak saling mempengaruhi satu sama lain. Sutedjo (1987), menyatakan bahwa bila salah satu faktor lebih kuat pengaruhnya dari faktor lain maka faktor lain tersebut akan tertutupi dan masing-masing faktor mempunyai sifat yang jauh pengaruhnya dari sifat kerjanya, maka akan menghasilkan hubungan dalam mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman.
Menurut Sutedjo, (1995) semakin tinggi dosis bahan organik yang diberikan maka laju tumbuh tanaman nampak semakin tinggi, tetapi harus memperhatikan takaran dosis pupuk yang sesuai hal ini disebabkan bahan organik selain dapat memperbaiki sifat fisika tanah melalui peningkatan daya sangga air, kandungan air, agregasi dan aerasi, bahan organik juga dapat memperbaiki sifat kimia tanah diantaranya memperbesar kapasitas tukar kation dan meningkatkan kelarutan unsur hara dalam tanah seperti unsur hara NPK sehingga unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman lebih tersedia dan fotosintesis akan meningkat. Tetapi jika dosis yang diberikan terlalu tinggi tanpa memperhatikan takaran dosis menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sebaliknya pada dosis yang terlalu rendah menyebabkan pemupukan tidak memberikan hasil yang memuaskan karena unsur hara yang dibutuhkan tanaman tidak terpenuhi secara optimal.
Selain itu semakin lama umur pupuk kandang sapi atau semakin matang proses dekomposisinya maka semakin baik untuk digunakan sebagai media tanam karena dapat memperbaiki pertumbuhan dan produksi buah kacang panjang. Sebaliknya apabila pupuk kandang sapi yang digunakan masih dalam keadaan berumur muda atau belum matang maka menyebabkan pertumbuhan terlambat, layu dan mati. Dan tinggi tanaman dapat dipengaruhi juga oleh keadaan cuaca artinya bila sinar matahari tidak tercukupi maka proses fotosintesis tidak berlangsung secara maksimal.

4.2 Diameter Batang

Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan umur (U) berpengaruh sangat nyata terhadap diameter batang pada umur 7, 14, 21, 28, dan 35 HST. Sedangkan perlakuan dosis pupuk kandang limosin berpengaruh tidak nyata saat berumur 7, 14, dan 21 HST tetapi berpengaruh nyata pada diameter batang saat tanaman berumur 28 HST serta berpengaruh sangat nyata saat berumur 35 HST. Interaksi kedua perlakuan ini berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang saat berumur 14, 21, dan 35 HST serta berpengaruh nyata saat berumur 7 dan 28 HST. (Tabel 5)

Tabel 5. Analisa sidik ragam diameter batang (mm) akibat pengaruh Umur dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin

SK
dB


F Hitung

    F Tabel


7 hst
14 hst
21 hst
28 hst
35 hst
5%
1%
U
2
8,73 **
5,28 **
8,24 **
12,55 **
10,51 **
3,05
4,82
D
3
0,82 ns
1,14 ns
1,62 ns
4,25 *
12,74 **
3,44
5,72
U X D
6
  2,59 *
1,68 ns
2,14 ns
3,26 *
1,71 ns
2,55
3,76
Galat
22
-
-
-
-
-
-
-
Total
35
-
-
-
-
-
-
-













Keterangan: ** : berbeda sangat nyata
                      *  : berbeda nyata
                         ns : berbeda tidak nyata

Pada analisa rerata diameter batang menunjukkan bahwa perlakuan umur 6 bulan (U2) memberikan rerata yang lebih besar saat berumur 14, 21, dan 35 HST daripada perlakuan lain. Sedangkan perlakuan dosis 1,5 kg/polybag (D2) memberikan hasil terbaik pada diameter batang saat berumur 35 HST. Interaksi kedua perlakuan memberikan hasil yang nyata terhadap diameter batang pada perlakuan umur 9 bulan (U3) dan dosis pupuk kandang limosin 2,25 kg/polybag (U3D3) saat tanaman berumur 7 dan 28 HST. (Tabel 6-7)

Tabel 6. Rerata diameter batang (mm) akibat pengaruh Umur dan Dosis Pupuk Organic Asl Limbah Limosin saat berumur 14, 21 dan 35 HST.

Perlakuan
Rerata Diameter Batang (mm)


14 hst
21 hst
35 hst
U
9,32 a
10,56 a
12,98 a
U
10,96 ab
12,45 bc
14,41 bc
U
10,59 a
12,23 b
14,20 b
BNT 5 %
1,53
1,45
0,99
D
9,74 a
11,25 a
12,55 a
D
10,08 a
11,35 a
13,67 b
D
10,73 a
12,33 a
14,72 cd
D
10,61 a
12,05 a
14,52 c
BNT 5 %
-
-
0,73
Keterangan :     Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT 5%

Tabel 7.Rerata diameter batang (mm) akibat pengaruh Umur dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin saat berumur 7, 28 HST.

        Rerata Diameter Batang
Perlakuan
7 hst
28 hst
UD
2,84 a
3,90 a
UD
2,64 a
4,00 a
UD
2,77 a
4,23 ab
UD
2,54 a
3,50 a
UD
2,70 a
4,17 a
UD
3,05 b
4,57 b
UD
2,84 a
4,57 bc
UD
3,03 ab
4,72 c
UD
2,84 a
3,98 a
UD
2,94 a
4,07 a
UD
3,07 c
4,78 cd
UD
3,22 cd
4,83 d
















Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji DMRT 5%

Untuk diameter batang tanaman kacang panjang dipengaruhi oleh kandungan unsur N (Nitrogen), P (Phosfat) dan unsur K (Kalium) yang ada dalam pupuk kandang limosin. Sehingga diameter batang bertambah lebih besar dan membentuk batang yang lebih kuat dan berwarna hijau segar. Untuk rerata diameter batang juga memberikan nilai terbaik pada perlakuan umur 6 bulan (U2) dan perlakuan dosis 1,5 kg/polybag (D2) memberikan pengaruh pada umur 35 HST, dan interaksi perlakuan umur 3 bulan dan dosis 2,25 kg/polybag (U3D3) memberikan pengaruh nyata pada umur 7 dan 28 HST.
Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang. Pemupukan pada hakekatnya adalah untuk menambah ketersediaan unsur hara yang diserap tanaman. Apabila ketersediaan pupuk tersebut terpenuhi sehingga secara potensial dapat meningkatkan jumlah unsur hara yang diserap tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya (Goldsorthy dan Fisher, 1997).


Menurut Suriatna (1992) pupuk kandang sapi mempunyai daya menahan air sehingga air tidak langsung mengalir ketempat yang lebih rendah tetapi dapat meresap ke dalam tanah. Sedangkan air mempunyai peran yang penting dalam proses fotosintesis, dengan tersedianya air maka proses fotosintesis akan berlangsung dengan baik dan hasilnya akan meningkat. Hasil fotosintesis tersebut digunakan untuk pertumbuhan vegetatif organ tanaman diantaranya batang.

4.3 Jumlah Daun
Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan umur (U) berpengaruh sangat nyata saat berumur 14, 21, 28 dan 35 HST serta berpengaruh tidak nyata saat berumur 7 HST. Perlakuan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin (D) berpengaruh tidak nyata pada jumlah daun saat berumur 7, 14, 21, dan 35 HST tetapi berpengaruh nyata saat berumur 28 HST. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata pada jumlah daun saat tanaman berumur 28  HST. (Tabel 8)
Tabel 8. Analisa sidik ragam jumlah daun (helai) akibat pengaruh Umur dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin.
SK
dB


F Hitung

     F Tabel


7 hst
14 hst
21 hst
28 hst
35 hst
5%
1%
U
2
0,00 ns
10,00 **
11,89 **
15,71 **
7,26 **
3,05
4,82
D
3
0,00 ns
0,92 ns
0,14 ns
4,17 *
2,69 ns
3,44
5,72
U X D
6
0,00 ns
2,14 ns
2,06 ns
2,60 *
2,02 ns
2,55
3,76
Galat
22
-
-
-
-
-
-
-
Total
35
-
-
-
-
-
-
-










Keterangan: ** : berbeda sangat nyata
                         *  : berbeda nyata
                        Ns : berbeda tidak nyata

Perlakuan umur 3 bulan (U3) memberikan rerata jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan perlakuan lain saat berumur 14 dan 21 HST serta umur 6 bulan (U2) memberikan rerata jumlah daun yang lebih banyak saat berumur 35 HST. Sedangkan untuk perlakuan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Untuk interaksi perlakuan umur dan dosis pupuk kandang limosin memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun pada perlakuan umur 3 bulan (U3) dan dosis 2,25 kg/polybag (U3D3) saat tanaman berumur 28 HST. (Tabel 9-10)

Tabel 9. Rerata jumlah daun (helai) akibat pengaruh Umur dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin saat berumur 14, 21 dan 35 HST.

Perlakuan
Rerata jumlah daun (helai)
14 hst
21 hst
35 hst
U
19,00
31,13
89,63 a
U
23,25
39,50
113,75 bc
U
25,13
41,75
113,13 b
BNT 5 %
4,02
6,58
20,71
D
22,50 a
37,17 a
91,50 a
D
22,67 a
37,00 a
106,67 a
D
23,67 a
38,50 a
112,33 a
D
21,00 a
37,17 a
111,50 a
BNT 5 %
-
-
-

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT 5%


Tabel 10. Rerata jumlah daun (helai) akibat pengaruh Umur dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin saat berumur 28 HST.

    Rerata jumlah daun     
Perlakuan
28 hst
UD
17,67  a
UD
20,83  a
UD
17,00  a
UD
15,50  a
UD
19,33  a
UD
23,00 ab
UD
26,67 cd
UD
25,00  c
UD
19,17  a
UD
24,00  b
UD
27,00  d
UD
29,17  e




















Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji DMRT 5%

Daun secara umum merupakan organ penghasil fotosintat utama. Pengamatan jumlah daun sangat diperlukan sebagai salah satu indikator pertumbuhan yang dapat menjelaskan proses pertumbuhan tanaman. Pengamatan daun dapat didasarkan atas fungsi daun sebagai penerima cahaya dan alat fotosintesis.
Pada rerata jumlah daun perlakuan umur 9 bulan (U3) memberikan rerata yang lebih banyak saat berumur 14, 21 HST dan umur 6 bulan (U2) memberikan rerata yang lebih besar saat berumur 35 HST. Sedangkan perlakuan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin berpengaruh tidak nyata tetapi yang memberikan rerata yang lebih besar pada perlakuan 1,5 kg/polybag (D2) lebih besar nilainya tetapi dengan perlakuan dosis 2,25 kg/polybag juga mampu memberikan hasil yang optimum pada jumlah daun dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk.
Hal ini dikarenakan pupuk kandang sapi mengandung unsur nitrogen, fosfor dan kalium yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk Organik Asal Limbah Limosin mengandung unsur N sebesar 1,61 % yang berfungsi dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman untuk memacu pertumbuhan daun, dalam daun berlangsung proses fotosintesis.

Hasil penelitian pada parameter jumlah daun sesuai dengan referensi yang telah ada sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mei Puspita Sari (2009) yang berjudul Pengaruh Lama Perendaman Dalam Urine Sapi dan Dosis Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan Setek Nilam (Pogostemon cablin, Benth) dalam penelitiannya pada parameter jumlah daun terlihat bahwa pemupukan dengan perlakuan dosis sebanyak 1,5 kg/polybag memberikan hasil rata-rata jumlah daun tertinggi.
Menurut Hidayat dan Rosliani (1996), unsur N juga berhubungan dengan penggunaan karbohidrat pada tanaman yang digunakan untuk perkembangan akar, dan batang.
Menurut Sarief (1989) pupuk kandang sapi mempunyai daya menahan air sehingga air tidak langsung mengalir ketempat yang lebih rendah tetapi dapat meresap kedalam tanah. Sedangkan air mempunyai peran yang penting dalam proses fotosintesis, dengan tersedianya air maka proses fotosintesis akan berlangsung dengan baik dan hasilnya akan meningkat. Hasil fotosintesis tersebut digunakan untuk pertumbuhan vegetatif organ tanaman diantaranya batang dan daun.

4.4 Jumlah Polong Per Tanaman
Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan umur (U) berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah polong per tanaman. Serta perlakuan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin (D) berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per tanaman. Sedangkan interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong  per tanaman. (Tabel 11)

Tabel 11. Analisa sidik ragam jumlah polong per tanaman (polong) akibat pengaruh Umur dan Dosis Pupuk Organi Asal Limbah Limosin.
SK
dB
       F    Hitung
           F Tabel



5%
1%
U
2
       7,33 **
3,05
4,82
D
3
       4,87 * 
3,44
5,72
U X D
6
      1,51 ns
2,55
3,76
Galat
22
-
-
-
Total
35
-
-
-
Keterangan : ** : berbeda sangat nyata
                            * : berbeda nyata, 
                      ns : berbeda tidak nyata

Pada analisa rerata jumlah polong per tanaman menunjukkan bahwa perlakuan umur 9 bulan (U3) memberikan rerata yang lebih banyak saat masa panen yaitu 21,88 polong. Sedangkan perlakuan dosis 1,5 kg/polybag (D2) memberikan hasil terbaik pada jumlah polong per tanaman saat masa panen yaitu 22,33. (Tabel 12)
Tabel 12. Rerata jumlah polong per tanaman (polong) akibat pengaruh Umur  dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin.

Perlakuan
Rerata
U
13,75     a
U
21,13     b
U
21,88   bc
BNT 5 %
6,73
D
13,17     a
D
18,33     b
D
22,33     c
D
21,83   bc
BNT 5 %
4,98
















Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom  yang sama   berbeda tidak nyata pada uji BNT 5%
Tanaman kacang panjang mempunyai kemampuan menghasilkan banyak polong dengan pertumbuhan polong yang sangat dipengaruhi oleh akumulasi asimilat hasil fotosintesis (Tollenaar (1977 dalam Goldsworthy dan Fisher, 1997). Hal tersebut menegaskan karena pengaruh tingkat pemberian pupuk kandang.
Menurut Musnawar (2003), Jumlah polong juga dipengaruhi oleh pemberian pupuk kandang sapi karena asimilat yang dihasilkan melalui proses fotosintesis ditranslokasikan pada polong. Pupuk Organik Asal Limbah Limosin memiliki kandungan serat yang tinggi. Serat atau selulosa merupakan senyawa rantai karbon yang akan mengalami proses dekomposisi lebih lanjut. Proses dekomposisi senyawa tersebut memerlukan unsur N yang terdapat dalam kotoran. Sehingga kotoran sapi tidak dianjurkan untuk diaplikasikan dalam bentuk segar, perlu pematangan atau pengomposan terlebih dahulu. Apabila pupuk diaplikasikan tanpa pengomposan, akan terjadi perebutan unsur N antara tanaman dengan proses dekomposisi kotoran sehingga tanaman menjadi layu dan mati.
Oleh karena itu Pupuk Organik Asal Limbah Limosin yang telah matang atau umur pupuk kandang sudah tua pada perlakuan umur 9 bulan (U3) dapat memperbaiki produksi polong kacang panjang. Tetapi semakin matang pupuk kandang atau umur semakin tua maka semakin baik untuk digunakan.

4.5 Bobot Segar Polong Per Tanaman
Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan Umur (U) berpengaruh tidak nyata pada parameter bobot segar polong per tanaman dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin (D) berpengaruh nyata terhadap bobot segar polong per tanaman. Tetapi interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot segar polong per tanaman. (Tabel 15).
Tabel 15. Analisa sidik ragam bobot segar polong per tanaman (g) akibat pengaruh Umur dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin.
SK
dB
       F Hitung
         F Tabel



5%
1%
U
2
1,40 ns
3,05
4,82
D
3
4,20 *
3,44
5,72
U X D
6
1,41 ns
2,55
3,76
Galat
22
-
-
-
Total
35
-
-
-











Keterangan : ** : berbeda sangat nyata
                          * : berbeda nyata, 
                        ns : berbeda tidak nyata

Pada hasil analisa rerata bobot segar polong per tanaman menunjukkan perlakuan Umur (U) memberikan hasil berpengaruh tidak nyata tetapi rerata terbaik pada perlakuan U3 yaitu sebesar 675,00 g. Sedangkan  perlakuan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin memberikan rerata tertinggi pada perlakuan dosis 1,5 kg/polybag (D2) sebesar 721,67 g.
Tabel 16. Rerata bobot segar polong per tanaman (g) akibat pengaruh  Umur dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin
Perlakuan
Rerata
U
566,25 a
U
633,75 a
U
675,00 a
BNT 5 %
-
D
471,67 a
D
623,33 b
D
721,67 c
D
683,33 bc
BNT 5 %
139,38
.Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT 5%

Pada analisa rerata bobot segar polong per tanaman pada perlakuan Umur (U) tidak berpengaruh nyata terhadap bobot segar, tetapi hasil rerata yang paling tinggi terdapat pada perlakuan umur 9 bulan (U3) yaitu seberat 675,00 g. Pada perlakuan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin berpengaruh nyata dan memiliki rerata tertinggi pada perlakuan 1,5 kg/polybag (D2) yaitu 721,67 g. Hal ini dikarenakan pemberian dosis sebanyak 1,5 kg/polybag akan mencukupi kebutuhan tanaman kacang panjang akan nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang, sehingga bobot segar polong tanaman meningkat.
Panjang polong yang dihasilkan secara tidak langsung juga dapat mempengaruhi berat segar polong yang dihasilkan. Semakin panjang polong yang dihasilkan maka semakin berat pula polong yang dihasilkan.
Produksi tanaman biasanya dipengaruhi oleh pertumbuhan vegetatifnya. Jika pertumbuhan vegetatifnya baik dalam hal jumlah daun maka ada kemungkinan produksinya akan baik pula. Karena asimilat yang dihasilkan oleh tanaman selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan juga disimpan oleh tanaman sebagai cadangan makanan. Asimilat yang terdapat dalam daun diangkut ke seluruh tubuh tanaman, yaitu bagian-bagian meristem di titik tumbuh dan ke buah-buah yang sedang dalam perkembangan. Jika fotosintesis yang dilakukan oleh tanaman dapat berlangsung dengan optimal maka asimilat yang dihasilkan akan optimal juga, yang akhirnya akan berpengaruh terhadap ukuran dan berat polong.
Menurut Sarief (1989) pupuk kandang mempunyai daya menahan air sehingga air tidak langsung mengalir ketempat yang lebih rendah tetapi dapat meresap ke dalam tanah. Sedangkan air mempunyai peran yang penting dalam proses fotosintesis, dengan tersedianya air maka proses fotosintesis akan berlangsung dengan baik dan hasilnya akan meningkat. Hasil fotosintesis tersebut digunakan untuk pertumbuhan vegetatif organ tanaman diantaranya batang dan daun sehingga mengakibatkan berat buah segar meningkat.
Peningkatan berat polong segar per tanaman sangat berhubungan dengan keberadaan unsur hara yang ada dan diserap oleh tanaman. Menurut Harjadi (1994) tingkat tanggapan tanaman terhadap pupuk sebagian berhubungan dengan kapasitas produksi dari tanah yang ditentukan oleh ketersediaan hara dan kondisi tanah dalam jangka panjang.
Sitompul dan Guritno (1995) menambahkan bahwa berat segar tanaman selain ditentukan ukuran organ-organ tanaman yang dipengaruhi oleh banyaknya timbunan asimilat hasil fotosintesis juga ditentukan oleh kadar air dari bagian-bagian tanaman itu sendiri yang diserap oleh akar. Oleh sebab itu adanya perbedaan hasil berat segar brangkasan dimungkinkan juga dipengaruhi oleh kandungan air dalam organ tanaman.
Menurut pendapat Rinsema (1986) bahwa dengan pemberian pupuk yang tepat dalam hal macam, dosis, waktu pemupukan, dan cara pemberiannya akan dapat mendorong pertumbuhan dan peningkatan hasil tanaman baik kualitas maupun kuantitas.

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1.     Perlakuan Umur 9 bulan (U3) memberikan rerata tertinggi terhadap beberapa parameter yaitu tinggi tanaman saat berumur 14  hst yaitu 60,56 cm, umur 21 hst yaitu 152,72 cm dan umur 28 hst yaitu sebesar 410,75 cm ; terhadap jumlah daun saat berumur 14 hst yaitu 25,13 helai dan saat berumur 21 hst yaitu 41,75 helai; jumlah polong per tanaman yaitu 21,88 polong;
2.     Perlakuan dosis 1,5 kg/polybag (D2) memberikan hasil yang terbaik terhadap rerata diameter batang umur 35 HST yaitu 14,72 mm, jumlah polong per tanaman yaitu 22,33 polong, dan bobot segar polong per tanaman yaitu 721,67 g.
3.     Ada interaksi antara umur dan Dosis Pupuk Organik Asal Limbah Limosin yang dominan utamanya pada perlakuan umur 9 bulan dan dosis 2,25 kg/polybag (U3D3).

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, J.S., D. Setyorini dan Tini Prihatini. 1995. Pengelolaan hara terpadu untuk mencapai produksi pangan yang mantap dan akrab lingkungan. hlm. 55-69. Dalam Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian Tanah dan Agroklimat: Makalah Kebijakan. Bogor, 10-12 Januari 1995. Puslittanak, Bogor.

Anonim 1991. Jenis dan Kandungan Hara pada Beberapa Kotoran Ternak. Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) ANTANAN. Bogor (Tidak dipublikasikan).

Anonim. 1977. Pedoman Bercocok Tanam Padi, Palawija, Sayur-sayuran. Jakarta: Departemen Pertanian Badan Pengendali Bimas. 280 hal.

Anonim 2012. Teknologi Budidaya Sayuran. Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian. Jakarta.

Asripah. 2004. Budidaya Kacang Panjang. Azka Press. Jakarta.

Bandini,V. dan N. Azis. 1997. Bayam. Penebar Swadaya. Jakarta.

Dwi Setyanigrum, H dan Cahyo Saparinto. 2011. Panen sayur secara rutin di lahan sempit. Penebar swadaya. Jakarta.

Fachruddin, L. 2000. Budidaya Kacang-kacangan. Penerbit Kanisius Yogyakarta.

Goldsworthy, P.R. dan N.M. Fisher. 1997. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik . Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 874 hal.

Harjadi, S.S. 1994. Pengantar Agronomi. PT Gramedia. Jakarta. 195 hal.

Haryanto, E., T. Suhartini, dan E. Rahayu. 2003. Budidaya Kacang Panjang. Penebar Swadaya. Jakarta. 69 hal.

Hidayat, A. dan R. Rosliani. 1996. Pengaruh Pemupukan N, P dan K terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah Kultivar Sumenep. Jurnal Hortikultura 4(2) : 41-47.

Indranada,J.R. 1986. Pengelolaan Kesuburan Tanah. PT. Bina Aksara. Jakarta

Irfan. 1992. Bertanam Kacang Sayur. Jakarta: Penebar Swadaya. 18 hal.

Martodireso, S. dan W.A. Suryanto. 2001. Terobosan Teknologi Pemupukan dalam Era Pertanian Organik : Budidaya Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Pemupukan Organik Hayati. Kanisius. Yogyakarta

Musnawar, E. I. 2003. Pupuk Organik Padat Pembuatan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.


Pitojo S. 2006. Benih Kacang Panjang. Jakarta: Kanisius.

Rinsema, W.T. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Bratara Karya Aksara. 235 hal.

Rukmana, R. 1995. Bertanam Kacang Panjang. Kanisius. Yogyakarta. 48 hal.

Samadi,Budi.2003. Usaha Tani Kacang Panjang. Kanisius. Yogyakarta.

Samekto. R. 2006. Pupuk Kandang. PT. Citra Aji Parama. Yogyakarta.

Sarief. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Pustaka Buwana. Bandung.

Sarief, S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung: PT Pustaka Buana. 182 hal.

Setiawan, A. I. 2000. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sitompul dan Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sugito, Y.,Yulia W., dan Ellis W. 1995. Sistem Pertanian Organik. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. 43 hal.

Sunarjono, H. 2011. Bertanam 30 jenis sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suriatna, S. 1992. Pupuk dan Pemupukan. PT Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Sutejo, M.M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta. 177 hal.



Tan, K.H. 1993. Environmental Soil Science. Marcel Dekker. Inc. New York
Widowati, L.R. 2004. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Agromedia Pustaka. Jakarta.


No comments:

Post a Comment